Jangan-Jangan Taliban Masih Keturunan Yahudi

Rabu, 15 September 2021 – 12:07 WIB
Pasukan Taliban berpatroli di depan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, 2 September 2021. Foto: Stringer/Reuters

jpnn.com, JERUSALEM - Belakangan ini Afghanistan jadi sorotan. Milisi Taliban yang kini menguasai negeri sarat konflik itu membetot perhatian banyak kalangan.

Sudah banyak pihak yang mengulas soal Taliban dan bagaimana kelompok militan bersenjata itu terbentuk.

BACA JUGA: Daftar 50 Tokoh Yahudi Paling Berpengaruh di 2021, Ada Bos WhatsApp

Istilah Taliban -yang maknanya pelajar- berasal dari kata taleban dalam bahasa Pashtun.

Namun, siapakah suku Pashtun yang populasinya mayoritas di Taliban maupun Afghanistan?

BACA JUGA: Warga Yahudi Rayakan Tahun Baru, Ini Populasinya di Seluruh Dunia

Michael Freund, seorang kolumnis Israel, menyodorkan analisisnya tentang asal-usul Pashtun.

Melalui opini berjudul Are the Taliban descendants of Israel? di The Jerusalem Post, dia meyakini Pashtun merupakan sepupu jauh bangsa Yahudi.

BACA JUGA: Gelar Aksi, Kelompok Penolak Vaksin Tuding Yahudi Rencanakan Pandemi

Mantan juru bicara Kantor Perdana Menteri Israel di era pemerintahan Benjamin Netanyahu itu mendedahkan sejumlah petunjuk untuk memperkuat telaahnya.

Freund menuturkan selama dua dekade terakhir sudah ada pemberitaan yang menyodorkan pertanyaan menggoda, apakah Pashtun merupakan kerabat lama yang telah hilang.

Memang, sekitar 2.700 tahun silam Imperium Assyria membuang keturunan Israel ke pengasingan.

Saat ini sebagian besar warga Pashtun mendiami wilayah Afghanistan, Pakistan, dan India.

Suku dengan populasi puluhan juta jiwa itu terdiri atas ratusan klan yang begitu gigih mempertahankan wilayah mereka dari gelombang pendudukan asing.

Jauh sebelum kalangan fundamentalis Islam muncul, banyak warga Pashtun mendeklarasikan diri sebagai Bani Israel.

Pernyataan tentang identitas itu merupakan sebuah tradisi lisan yang diturunkan nenek moyang Pashtun dari generasi ke generasi.

Berbagai catatan dari pengelana dan sejarawan Islam sejak abad ke-13 juga mengisahkan soal warga Pashtun mengaku sebagai Bani Israel.

Menurut Freund, tidak ada keuntungan bagi warga Pashtun menegaskan identitas Israel kuno di Asia Tengah pada masa itu.

Selama 400 tahun selanjutnya, para cendekiawan dan penulis Islam masih mencatat soal kegigihan Pashtun dengan identitasnya sebagai Bani Israel.

Pada abad ke-19, sejumlah orang Barat yang mengunjungi wilayah Pashtun juga menjadi yakin bahwa suku itu keturunan Israel.

Sejarawan Joseph-Pierre Ferrier dalam bukunya yang bertitel History of The Afghans terbitan 1858 menuliskan tentang salah satu suku utama Pashtun bernama Yusefzai (Anak-anak Yusuf).

Menurut Ferrier, kepala suku Yusefzai pernah menghadiahkan Alkitab berbahasa Ibrani dan berbagai barang yang digunakan dalam peribadatan kuno mereka kepada Raja Persia Nader Shah Afshar.

Seorang tentara kolonial Inggris di India Mayor Henry W Bellew, dalam bukunya yang berjudul The Lost Tribes punya cerita lain yang memperkuat dugaan soal Pashtun berasal dari Israel.

“Kami mendapati rute orang-orang Israel dari Media ke Afghanistan dan India ditandari serangkaian stasiun perantara yang memuat nama banyak suku dan secara jelas mengindikasikan tahapan perjalanan panjang yang sulit,” tutur Bellew dalam bukunya yang diterbitkan pada 1891 itu.

Freund tak berhenti di situ. Dia juga menyitat tulisan mantan Presiden Israel Yitzchak Ben-Zvi. Tak hanya dikenal sebagai politikus ulung, Presiden Kedua Israel itu juga ahli sejarah.

Ben-Zvi dalam penelitiannya tentang diaspora Yahudi menulis soal suku-suku di Afghanistan dan tradisi mereka.

“Suku-suku Afghan, di antaranya Yahudi yang telah hidup selama beberapa generasi, merupakan muslim yang hingga saat ini mempertahankan tradisi leluhur mereka dari Sepuluh Suku,” demikian Ben-Zvi menuliskan hasil studinya pada 1957.

Sepuluh Suku itu juga dikenal dengan sebutan The Ten Lost Tribes atau Sepuluh Suku yang Hilang.

Istilah itu merujuk pada sepuluh suku di Kerajaan Israel Utara yang tak diketahui keberadaannya setelah serbuan Imperium Assyria pada abad ke-8 sebelum Masehi.

Memang Ben-Zvi tidak memiliki bukti cukup untuk menyimpulkan suku-suku di Afghanistan berasal dari Sepuluh Suku.

Namun, dia menegaskan beragam fakta tentang tradisi Yahudi yang dipraktikkan suku-suku di Afghanistan jelas merupakan hal yang tak bisa dikesampingkan.

“Fakta bahwa tradisi ini, tidak ada lainnya, telah bertahan di antara suku-suku tersebut merupakan pertimbangan penting,” katanya.

Cendekiawan modern pun telah menyajikan berbagai pengetahuan tentang subjek itu. Misalnya, ilmuwan India Dr. Navraz Aafreedi yang berlatar belakang Pashtun juga telah menulis secara ekstensif tentang hubungan antara nenek moyangnya dengan orang-orang Israel pada masa lampau.

Peneliti lainnya, Dr. Eyal Be’eri, mencatat serangkaian adat dan tradisi Pashtun yang identik dengan Yahudi.

Misalnya, menyunatkan anak pada hari kedelapan setelah kelahiran, menahan diri dari mencampur daging dan susu, menyalakan lilin pada hari Sabat, bahkan menerapkan perkawinan levirat.

“Cendekiawan lain telah mencatat kesamaan antara hukum adat suku Pashtun, Pasthunwali, dan tradisi-tradisi Yahudi,” ujar Freund dalam opininya.

Untuk memperkuat asumsi itu, Freund juga menyitat penelitian soal DNA suku Khattak, salah satu klan di Pashtun. Rujukannya ialah artikel jurnal Mitochondrial DNA pada 2017 yang mengungkap adanya koneksi genetik antara konglomerasi Yahudi di suku Khattak.

Freund juga merujuk pada antropologis dari Hebrew University Dr. Shalva Weil yang mencatat kaitan antara Pashtun dengan sepuluh suku Israel yang hilang.

“Ada lebih banyak bukti meyakinkan tentang mereka daripada orang lain,” tutur Freund mengutip Shalva Weil.

Walakin, Freund juga mengakui catatan sejarah itu tak akan meluluhkan Taliban yang begitu anti-Israel.

“Tak ada Pashtun yang diketahui telah menunjukkan minat publik untuk kembali ke akar Yahudi mereka,” paparnya.

Fakta itu juga diyakini tak akan membuat Taliban yang fanatik soal teologi mau bermigrasi (aliyah) ke Israel. Andaikan Pasthun secara sejarah dan biologis terhubung dengan orang-orang Israel, hal itu bukan berarti bahwa besok mereka akan pindah ke agama Yahudi dan datang untuk tinggal di Tanah Israel.

Namun, Freund juga mengajak warga Yahudi membangun koneksi dengan Pashtun di luar Afghanistan.

“Ada banyak Pashtun di seluruh dunia yang dengan mereka kita bisa membangun jembatan, terlepas apakah percaya atau tidak mereka adalah sepupu yang hilang,” tulis Freund memungkasi opininya. (jpost/jpnn)


Redaktur : Adek
Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler