Dulu Mencaci, Kini Memuji Aburizal Bakrie

Kamis, 26 Juli 2012 – 20:08 WIB

JAKARTA--Entah apa yang ada di pikiran Hari Suwandi (44), salah satu korban bencana lumpur Lapindo. Setelah melakukan aksi berjalan kaki dari Porong, Siodarjo hingga ke Jakarta untuk menuntut keadilan, kini pria itu berubah pikiran.

Dulunya, ia menghujat PT Minarak Lapindo, Bakrie Group, termasuk sang pemiliknya Aburizal Bakrie, sebagai pihak yang disebut paling bertanggungjawab atas peristiwa itu. Namun, kini semua hujatan dan kecaman yang terlontar dari bibirnya hilang dalam sekejap.

Dengan airmata terurai, Hari mengucapkan berulangkali kata maaf pada Aburizal Bakrie dan keluarganya. Ia bahkan mengklaim bahwa Bakrie adalah pihak yang lebih perhatian dalam penyelesaian masalah lumpur Lapindo dibanding pemerintah. Semua pujian dan airmata Hari ini diungkapkan saat ia menghadiri acara Apa Kabar Indonesia di TVOne pada Rabu (25/7).

Tayangan Hari yang meminta maaf pada Aburizal Bakrie ini dapat dilihat di website resmi televisi milik Bakrie Group tersebut. Dalam tayangan itu, ditemani sang istri dan anaknya, Hari berucap maaf seolah lupa dengan semua niatnya saat berjalan kaki demi mendapatkan haknya dan warga Porong lainnya.

"Saya yakin dan saya percaya bahwa keluarga besar bapak Aburizal Bakrie mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di Sidoarjo khususnya keluarga korban lumpur Sidoarjo yang berada di Pepres 14 tahun 2007," tutur Hari sambil terisak.

Ia mengaku kecewa dengan pemerintah karena tak ada yang menemuinya selama berada di Jakarta.

"Jadi saya berubah pemikiran. Sebagai manusia dewasa kami sangat menyesali tindakan kami yang melakukan aksi jalan kaki dari Porong, sampai ke Jakarta dengan tujuan kami mohon agar pemerintah selesaikan masalah ini tapi enggak bisa," sambungnya.

Saat ditanya presenter acara itu, apakah Hari sepenuh hati yakin dengan semua perkataannya, Hari menjawab dengan sangat yakin. Dan lagi-lagi ia kembali memuji-muji keluarga Bakrie.

"Iya betul (menyesal). iya betul. Saya menyesal sekali. Pada dasarnya keluarga Bakrie masih mampu menyelesaikan semua permasalahan yang ada di korban lumpur Sidoarjo tepat pada waktunya," kata dia masih dengan tangis. Kalimat ini diulang terus oleh Hari hingga beberapa kali. Setiap kali ditanya, ia terus menjawab dengan meminta maaf.

Hari sepertinya lupa saat menghadiri jumpa pers di kantor Walhi pada 9 Juli lalu ia dengan mantap menyebut ia datang atas nama warga Porong untuk meminta pertanggungjawaban keluarga Bakrie dan pemerintah. Kini, dalam acara itu, ia menyalahkan warga sekitar rumahnya sebagai pihak yang memperalatnya

"Yang jelas saya tidak pernah terpikir sebelumnya mengenai ini. Ini refleks saya punya inisiatif seperti ini. Karena dorongan dari warga saya, minta tolong nangis-nangis sama saya, tapi ternyata mereka hanya menjadikan saya sebuah alat," kata Hari.

Terakhir, ia juga meminta maaf pada Direktur Utama PT Minarak Lapindo Jaya, Andi Darussalam Tabusalla. Ia menyebut Andi juga tahu siapa yang memprovokasi aksinya untuk berjalan kaki Porong-Jakarta.

"Yang jelas saya juga minta maaf pada pak Andi, karena pak Andi sering koordinasi dengan kami. Pada saat kami sudah lama tidak koordinasi dengan pak Andi mungkin saya diprovokasi oleh kawan-kawan supaya melakukan aksi seperti ini," tuturnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Hari adalah salah satu warga yang masih menyimpan kegelisahannya akibat peristiwa ini. Ia mengaku selama enam tahun, ia menunggu dan mencari keadilan dari bencana lumpur itu.

Namun, tak ada satu pun yang dapat memberikan jawaban pasti untuk hak-haknya dan warga di kampung halamannya. Akhirnya, Hari memilih untuk berusaha sendiri. Ia menyatakan berbekal uang Rp 50, ia memutuskan untuk menggali harapannya di Jakarta. Tepat 14 Juni 2012, ia mulai perjalanan ke Jakarta dengan berjalan kaki. Niatnya, ia ingin bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah kementerian dan mendatangi Wisma Bakrie. Ia tiba di Jakarta, Minggu (8/7) beberapa pekan lalu.

Dalam perjalanan ini, Hari ditemani rekannya Haryowiyono (42). Hari berjalan kaki, sementara, Haryo mengendarai sepeda motor untuk membawa perbekalan mereka sepanjang jalan. Sesekali, bila lelah keduanya mampir ke masjid yang ditemui di jalan untuk beristirahat.

Selama perjalanan mereka juga mendapat dukungan dari sejumlah kelompok masyarakat di setiap kota yang mereka lewati.Kebanyakan dukungan berasal dari ormas-ormas Islam yang bersimpati dengan perjuangan Hari. Sebagai bukti dukungan, Hari membawa bendera ormas-ormas tersebut hingga ke Jakarta.

 "Saya ngumpulin duit dengan menjual kaset dokumenter sejak lumpur Lapindo muncul. Banyak yang mau membeli karena mereka ingin membantu saya," tuturnya saat itu. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayin Cuci Tangan Dalam Kasus Buol


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler