jpnn.com, TANAH LAUT - SDN Kayuh Abang II Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel, memiliki ratusan sisa. Tapi itu dulu. Kini, sekolah tersebut sudah menjadi bangunan tua tanpa penghuni.
ARDIAN HAIRIANSYAH, Tambang Ulang
BACA JUGA: Siswa SD Iuran untuk Tambal Meja Bolong
Untuk menemukan sekolah ini tidak terlalu sulit. Dari Kota Pelaihari jarak sekitar 25 Kilometer ke arah Kecamatan Kurau. Akses jalan cukup baik. Jalan ke sekolah bahkan baru diaspal.
Penulis mendatangi sekolah tersebut kemarin, melihat pemandangan yang membuat trenyuh.
BACA JUGA: Ini Gedung SD Negeri, di Indonesia Bung!
Sekolah yang dulunya berisi sekitar ratusan murid itu kini hanya menyisakan bangunan tua yang dikelilingi ilalang.
Bangunan sekolah relatif masih tampak baik, bahkan tiang bendera masih berdiri kokoh.
BACA JUGA: Siswa Madrasah Pintar Mengaji dan Ukir Prestasi, Nih Buktinya
Tidak itu saja, dinding dan lantai yang terbuat dari kayu ulin masih sangat kuat. Begitu juga dengan kursi dan meja belajar, tidak mengalami kerusakan.
Papan kelas yang terpasang di atas pintu kelas pun masih bagus. Papan nama sekolahpun masih berdiri, walaupun tulisan nama sekolah tidak terlihat dengan baik.
Untuk mendapatkan informasi secara jelas, penulis menemui Sugiono penjaga sekolah SDN Kayuh Abang I yang tak jauh dari SDN Kayuh Abang II.
Dia mengatakan SDN Kayuh Abang II sudah tidak berfungsi setelah pada tahun ajaran 2016 ada 11 murid dipindahkan ke SDN Kayuh Abang I.
SD yang berada di kawasan transmigrasi itu berdiri sekitar tahun 1998 dengan jumlah murid mencapai 200 anak.
Namun, dari tahun k etahun, murid-murid itu selain lulus juga pindah, lantaran mengikuti orang tua untuk mengadu nasib dikehidupan layak.
"Dulu ratusan anak bermain dan belajar di sini, kini sudah tidak ada aktivitas lagi," tuturnya.
Hal ini disebabkan peserta transmigrasi tidak dapat bertahan lama hidup di atas tanah yang dipersiapkan di era zaman Pemerintah Orde Baru itu.
"Mereka banyak meninggalkan lahan tersebut, dan anak-anak juga ikut orang tua pergi meninggalkan lokasi itu," jelasnya.
Di saat musim penghujan kondisi lahan selalu digenangi air. Membutuhkan tiga bulan waktu genangan air itu dapat surut. Bencana lainnya, angin puting beliung juga selalu mengancam lokasi ini.
Kini pemerintah, terus berupaya membuat kawasan itu diperbaiki. Pemerintah membangun saluran air, dan jalan menuju sekolah. Pendopo dan masjid dibangun. Hal ini dilakukan agar warga transmigran dapat kembali pulang di Bumi Tuntung Pandang.
Sugiono juga berharap pemerintah dapat memperhatikan secara serius lokasi ini, agar kehidupan warga layak seperti daerah lain.
Wakil Bupati Tala Sukamta sendiri mengaku sudah mengetahui lokasi transmigrasi tersebut. Dia mengaku saat bertugas di Dinas Kehutanan tahun 1995, memang sudah tidak merekomendasikan transmigran berada di lokasi tersebut.
Lantaran, lokasi di kawasan tersebut di daerah rawa dan rawan banjir. "Saat saya bertugas di Dinas, sudah ada rekemondasi lokasi tersebut tidak layak," jelasnya yang mengatakan meski demikian, keputusan tetap berada di Kantor Wilayah Transmigrasi saat itu.
Pemkab sendiri sudah berusaha maksimal untuk membuat wilayah tersebut berdenyut hidup. Pemerintah berupaya membuatkan saluran air, bahkan memperbaiki sarana jalan hingga ke Masjid.
Ini dilakukan sembari berharap para transmigran bisa kembali pulang dan memanfaatkan sarana tersebut dengan baik.
Dia sendiri mengatakan persoalan sekolah, tidak bermasalah. Murid-murid yang tersisa sudah dipindahkan ke SDN Kayuh Abang I yang tidak jauh dari lokasi transmigrasi.
“Ke depan, jika lokasi transmigrasi ini ramai kembali oleh masyarakat, tidak menutup kemungkinan sekolah akan dibuka kembali,” pungkasnya. (ard/ay/ran)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud Ajak Siswa dan Guru Sejarah Nonton Film Banda
Redaktur & Reporter : Soetomo