Dunia Akhirat

Jumat, 09 April 2021 – 07:22 WIB
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

jpnn.com - Salah satu berita besar minggu ini adalah: Beijing mulai mengalahkan New York.

Yakni dalam hal ''kota mana yang memiliki triliuner paling banyak di dunia''.

BACA JUGA: Remaja 18 Tahun Ini Didaulat Sebagai Orang Muda Terkaya di Muka Bumi

Dalam sejarah orang kaya, selalu saja New York ''ibu kotanya''. Selalu saja jumlah orang terkaya ada di sana. Baru tahun 2020 terjadi pergeseran.

Selisihnya memang baru satu orang. Namun, kalau ilmu statistik dipergunakan untuk mengukur masa depan, Beijing akan kian meninggalkan New York.

BACA JUGA: Tempe Indonesia Menginvasi Kota Terkaya China, Sudah Ada Pabriknya

Maka tahun 2020 bukan hanya harus diingat sebagai tahun pandemi, tetapi juga tahun di mana negara asal virus Covid-19 mengalahkan negara korban Covid paling parah di dunia.

Beijing kini punya 100 triliuner. New York memiliki 99 triliuner.

BACA JUGA: BST untuk Rakyat Miskin Dicabut, Pemerintah Malah Menyubsidi Orang Kaya

Yang juga harus dicatat: selama pandemi ternyata tetap lahir miliader-miliader baru. Selama satu tahun pandemi saja telah lahir 660 miliarder baru.

Miliarder di situ ukurannya adalah miliar dolar. Alias sekitar Rp 14 triliun. Atau, kalau dalam bahasa Indonesia disebut triliuner, di atas Rp 14 triliun.

Di antara 660 triliuner baru itu yang 210 orang datang dari Tiongkok, termasuk Hong Kong. Jumlah itu mengalahkan negara mana pun sebagai pemilik triliuner baru.

Yang juga mengejutkan adalah: lima kota di Tiongkok masuk sepuluh besar pemilik triliuner baru: Beijing, Shanghai, Shenzhen, Hong Kong, dan Guangzhou.

Sedang di Amerika hanya dua kota dalam kategori itu: New York dan San Francisco.

Total kini ada 2.775 triliuner di dunia. Kekayaan mereka USD 13,1 triliun. Saya pusing mengkurskannya ke rupiah.

Menurut Forbes, media yang mengeluarkan angka-angka itu, kekayaan orang-orang kaya itu naik 45 persen selama pandemi satu tahun.

Sedang di Amerika saja orang yang jatuh miskin karena pandemi sebanyak delapan juta orang. Itu karena 80 juta orang Amerika kehilangan pekerjaan.

Tentu Anda sudah tahu siapa orang terkaya baru di Beijing itu: Zhang Yiming.

Anda harus selalu ingat nama itu. Kan Anda sudah menyumbangkan sebagian penghasilan Anda untuk anak muda itu. Dia pendiri TikTok. Umurnya 38 tahun.

Lulusan Nankai University, yang kampusnya hanya sepelemparan batu dari rumah sakit tempat saya transplant di Tianjin. Dia sendiri orang dari provinsi Fujian, tempat asal kebanyakan orang Tionghoa Indonesia.

Nama-nama lain Anda juga sudah tahu. Termasuk mantan istri Jeff Bezos itu: penulis novel MacKenzie Tuttle. Yang ketika diceraikan dua tahun lalu mendapat harta USD 35,6 miliar. Atau sekitar Rp 500 triliun.

Saat cerai itu, Bezos kehilangan 25 persen hartanya. Namun, tahun lalu dia sudah kembali menjadi yang terkaya di dunia.

Triliuner baru yang juga mendapatkan hartanyi dari perceraian Anda lebih tahu lagi: mantan istri penyanyi Kanye West, Kim Kardashian itu.

Hanya enam tahun Kardashian kawin dengan suami ketiganyi itu. Kini Kardashian resmi masuk triliuner baru, dengan kekayaan pas USD 1 miliar.

Tentu tidak semua datang dari perceraian. Kardashian adalah pengusaha terkemuka yang terkait dengan kecantikan wanita.

Tentu ini bukan hanya memperbincangkan orang kaya, salah satu hiburan terbaik bagi siapa saja. Namun, juga soal sistem kenegaraan.

Misalnya: bagaimana bisa, sistem komunisme membuat orang-orang bisa masuk terkaya di dunia.

Bahwa Amerika melahirkan orang-orang superkaya adalah memang karena kapitalisme. Amerika didirikan untuk itu: hak semua orang untuk menjadi kaya dan salah orang itu sendiri mengapa miskin.

Pemahaman lama tentang komunisme adalah: antiorang kaya dan antifeodalisme. Namun, yang tertanam dalam benak saya adalah slogan Partai Komunis Indonesia (PKI): sama rata sama rasa.

Itulah yang sering saya dengar waktu kecil. Ketika ada pawai Nasakom di desa. Barisan paling depan massa PNI. Barisan kedua dari NU. Barisan paling belakang massa dari partai komunis. Dengan slogan sama rata sama rasa itu.

Saya baru berubah total setelah begitu sering ke Tiongkok. Lalu mendalami sistem di sana. Yang ternyata komunisme Tiongkok sudah menjadi komunisme empat kaki: buruh, tani, pengusaha, ilmuwan.

Sudah jauh dari komunisme lama: satu kaki, buruh. Atau komunisme generasi kedua, buruh dan tani, yang dikembangkan di Tiongkok-lama dan di Indonesia sebelum tahun 1965.

Di Tiongkok, baru, pengusaha yang aslinya adalah lawan utama komunis, justru sudah menjadi salah satu sokoguru komunisme Tiongkok.

Sebetulnya, ternyata, sistem bisa apa saja: yang penting tujuan tercapai. Yakni negara menjadi maju, tidak ada lagi kemiskinan dan selamat dunia akhirat. (*)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Dicibir Usai Joget di TikTok, Ustaz Solmed Berkomentar Begini


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler