Dunia Dilanda Krisis Ganda, Pemulihan Ekonomi Mundur Jauh

Jumat, 15 April 2022 – 23:25 WIB
IBerdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) oleh IMF pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dan 2023 diperkirakan menguat. Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi momen yang sangat kritis sementara krisis demi krisis terjadi secara bertubi-tubi.

"Kehidupan dan perekonomian kita terpuruk dan ini belum berakhir," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam 2022 Spring Meetings yang disiarkan secara virtual, Kamis.

BACA JUGA: Menteri Siti Nurbaya: Momentum Wujudkan Tindakan Kolektif untuk Atasi Tiga Krisis Planet

Georgieva mengatakan bahwa penyebaran virus SARS-CoV-2 yang masih terjadi dapat memunculkan varian baru yang mungkin bahkan lebih mematikan.

Situasi tersebut, menurut dia, dapat semakin mengganggu upaya pemulihan global serta memperlebar kesenjangan di antara negara kaya dan negara miskin.

BACA JUGA: Puan Maharani: Sebentar Lagi Ramadan, Krisis Solar Bersubsidi Harus Segera Diatasi!

Ia menggambarkan bahwa nvasi Rusia ke Ukraina juga berdampak terhadap perekonomian di seluruh dunia. Dampak ekonomi dari perang tersebut menyebar dengan cepat dan jauh sehingga menambah penderitaan bagi orang-orang yang rentan dan miskin.

Selain itu, kata Georgieva, perang tersebut juga menimbulkan tragedi kemanusiaan di Ukraina. Lebih dari 11 juta warga Ukraina telah mengungsi ke negara-negara lain.

BACA JUGA: Rusia Menginvasi Ukraina, Gelora Minta Pemerintah Antisipasi Krisis Pangan

Ratusan juta keluarga, katanya, mengalami kesulitan akibat pendapatan mereka yang rendah dan harga pangan dan energi yang tinggi. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina memperparah situasi tersebut.

Sementara itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, inflasi yang terjadi akibat disrupsi tersebut juga menjadi ancaman yang semakin nyata bagi negara-negara di seluruh dunia.

"Ini adalah kemunduran yang sangat masif bagi pemulihan global," katanya.

Sementara itu, krisis ganda dan kemampuan masing-masing negara dalam mengatasi masalah, kata Georgieva, diperumit oleh risiko lain yang berkembang, misalnya fragmentasi ekonomi dunia menjadi blok geopolitik.

Perubahan yang sangat masif tersebut, menurut dia, menimbulkan dampak yang sangat besar. Rantai pasokan dalam jaringan produksi juga akan terputus dan perlu dibangun lagi bagi beberapa negara. Sementara, orang-orang miskin akan menanggung beban terberat dari krisis tersebut.

"Fragmentasi tata kelola global ini mungkin merupakan tantangan paling serius bagi kerangka kerja berbasis aturan yang telah mengatur hubungan ekonomi internasional selama lebih dari 75 tahun," katanya.

Untuk itu, Georgieva mendorong kerja sama global untuk menghadapi krisis ganda tersebut secara bersama-sama.

"Karena tindakan yang kita ambil sekarang bersama-sama, akan menentukan masa depan kita secara fundamental," demikian katanya. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler