jpnn.com, MANILA - Gelombang kecaman dari aktivis HAM dan legislatif tak membuat Presiden Filipina Rodrigo Duterte melunak. Dia tetap memerintahkan polisi untuk menembak siapa pun yang melawan saat razia narkoba.
"Tugas membuat kalian (polisi) harus mengatasi perlawanan dari orang yang kalian hendak tahan. Jika dia melawan, dan menggunakan kekerasan, kalian bebas membunuh idiot itu, itu perintahku untuk kalian," ujar Duterte seperti diberitakan Reuters, Senin (28/8).
Perang melawan narkoba yang dilancarkan Duterte sejak resmi menjabat jadi presiden tahun lalu belakangan ini mendapat banyak kecaman. Terutama setelah terbunuhnya pelajar 17 tahun bernama Kian Loyd delos Santos oleh polisi.
Kematian Santos yang diduga kuat korban salah sasaran aparat menimbulkan gelombang demonstrasi di dalam negeri.
BACA JUGA: Ogah Mengemis Vaksin kepada Barat, Duterte Berpaling kepada Dua Rival Amerika
Sebelum kematian Santos, masyarakat di Filipina cenderung tutup mata terhadap kebrutalan perang melawan narkoba Duterte yang sudah menewaskan ribuan orang tersebut.
Namun, pada Sabtu lalu, lebih dari seribu orang mengantar jenazah bocah itu ke peristirahatan terakhirnya. Menjadikannya aksi massa terbesar memprotes kebijakan Duterte.
Hari ini Duterte bertemu dengan orang tua Santos di Istana Kepresidenan Filipina di Manila. Kepada mereka sang presiden berjanji kasus Santos akan ditangani seadil-adilnya.
Kedua orang tua Santos mengaku senang dengan apa yang disampaikan Duterte kepada mereka dalam pertemuan itu. Mereka juga yakin Duterte akan menepati janjinya.
"Dia (Duterte) berjanji tak akan membiarkan mereka yang bersalah lolos dari hukuman," ujar Loreza, ibu dari Kian Loyd delos Santos.
Masyarakat internasional, yang telah lama menyoroti kebrutalan perang melawan narkoba Duterte, juga mengecam pembunuhan Santos. Utusan khusus PBB Agnes Callamard menyebut kematian Santos sebagai pembunuhan dalam twit-nya 25 Agustus lalu.
Pernyataan tersebut membuat Duterte murka. Dalam pidatonya hari ini, bekas wali kota Davao itu menyebut Agnes "bajingan" dan "bodoh".
"Dia seharusnya tak menantang saya," ujar Duterte yang kemudian menantang Agnes datang ke Filipina dan berdebat dengan dirinya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil