TSHWANE - Ini bisa jadi sebuah pernikahan yang sangat tidak masuk akal. Betapa tidak. Sanele Masilela yang masih berusia delapan tahun menikahi seorang wanita berusia 61 tahun bernama Helen Shabangu. Tentu saja pernikahan itu seperti antara ibu dan anak. Apalagi, Shabangu saat ini sudah memiliki lima orang anak.
Pernikahan yang digelar di Tshwane, Afrika Selatan tersebut terjadi setelah Masilela dibayangi arwah mendiang leluhurnya. Menurut Masilela, arwah leluhurnya memerintahkannya untuk menikah. Keluarganya pun akhirnya sepakat. Setelah dipersiapkan selama dua bulan, pernikahan itupun akhirnya dilangsungkan. Pihak keluarga Masilela membayar kurang lebih Rp 218 ribu untuk pernikahan dan selanjutnya menambah sekitar Rp 450 ribu untuk pesta perayaan dua mempelai tersebut.
Meski terpaut usia hingga 53 tahun, namun seperti tak ada perasaan canggung dari dua mempelai tersebut. Masilela yang mengenakan jas berwarna perak tampak santai di pelaminan. Sementara, Shabangu juga terlihat biasa saja. Sebanyak kurang lebih 100 tamu undangan yang hadir juga larut dalam pesta bahagia tersebut.
Seperti sudah berusia matang, Masilela juga bisa mengikuti semua prosesi pernikahan dengan baik. Bahkan, di akhir prosesi, dia tak sungkan mencium bibir Shabangu. Tentu saja Shabangu harus merendahkan badannya agar Masilela bisa melumat bibirnya.
Patience Masilela, ibu dari mempelai pria mengatakan, itu merupakan sebuah kejadian yang bersejarah.
“Ini baru kali pertama terjadi di keluarga ini. Sanele ditunjuk setelah kakeknya memintanya untuk menikah. Dia memilih Helen karena mencintainya. Saya tidak masalah dengan hal itu. Karena leluhur akan membuat mereka bahagia,” terang Patience yang berusia 46 tahun.
Masilela mengatakan, dirinya memang ingin menikah. Namun, dia tak akan meninggalkan pendidikannya.
“Saya bahagia bisa menikah dengan Shabangu. Tapi saya akan tetap ke sekolah dan belajar dengan keras. Saat saya dewasa nanti, saya akan menikah dengan gadis yang seumuran,”
Suami Shabangu, Alfred mengaku tak mempermasahkan mengenai pernikahan tersebut.
“Saya dan anak-anak sangat bahagia. Kami tak mempermasalahkan hal itu. Tapi beberapa pihak memang terkejut,” ujar Alfred. (jos/mas/jpnn)
Pernikahan yang digelar di Tshwane, Afrika Selatan tersebut terjadi setelah Masilela dibayangi arwah mendiang leluhurnya. Menurut Masilela, arwah leluhurnya memerintahkannya untuk menikah. Keluarganya pun akhirnya sepakat. Setelah dipersiapkan selama dua bulan, pernikahan itupun akhirnya dilangsungkan. Pihak keluarga Masilela membayar kurang lebih Rp 218 ribu untuk pernikahan dan selanjutnya menambah sekitar Rp 450 ribu untuk pesta perayaan dua mempelai tersebut.
Meski terpaut usia hingga 53 tahun, namun seperti tak ada perasaan canggung dari dua mempelai tersebut. Masilela yang mengenakan jas berwarna perak tampak santai di pelaminan. Sementara, Shabangu juga terlihat biasa saja. Sebanyak kurang lebih 100 tamu undangan yang hadir juga larut dalam pesta bahagia tersebut.
Seperti sudah berusia matang, Masilela juga bisa mengikuti semua prosesi pernikahan dengan baik. Bahkan, di akhir prosesi, dia tak sungkan mencium bibir Shabangu. Tentu saja Shabangu harus merendahkan badannya agar Masilela bisa melumat bibirnya.
Patience Masilela, ibu dari mempelai pria mengatakan, itu merupakan sebuah kejadian yang bersejarah.
“Ini baru kali pertama terjadi di keluarga ini. Sanele ditunjuk setelah kakeknya memintanya untuk menikah. Dia memilih Helen karena mencintainya. Saya tidak masalah dengan hal itu. Karena leluhur akan membuat mereka bahagia,” terang Patience yang berusia 46 tahun.
Masilela mengatakan, dirinya memang ingin menikah. Namun, dia tak akan meninggalkan pendidikannya.
“Saya bahagia bisa menikah dengan Shabangu. Tapi saya akan tetap ke sekolah dan belajar dengan keras. Saat saya dewasa nanti, saya akan menikah dengan gadis yang seumuran,”
Suami Shabangu, Alfred mengaku tak mempermasahkan mengenai pernikahan tersebut.
“Saya dan anak-anak sangat bahagia. Kami tak mempermasalahkan hal itu. Tapi beberapa pihak memang terkejut,” ujar Alfred. (jos/mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Badai Debu Terjang Tokyo
Redaktur : Tim Redaksi