Edo Kondologit Duga Iparnya Tewas Dianiaya Polisi, Kapolda Langsung Turun Tangan

Minggu, 30 Agustus 2020 – 23:12 WIB
Edo Kondologit. Foto: dok. JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Musikus Edo Kondologit mengaku marah dan kecewa kepada kepolisian karena diduga telah menganiaya salah satu anggota keluarganya bernama Riko (20) hingga meninggal dunia.

Dugaan penganiayaan disebutkan dilakukan di Polres Sorong, Papua Barat, pada Kamis (27/8) lalu.

BACA JUGA: Edo Kondologit Terlibat Proyek Pop Kemanusiaan bersama Aletta Stars

Video kekesalan Edo pun tersebar di media sosial. Dia mendesak kepolisian untuk bisa bertanggung jawab.

Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo mengaku sudah mengetahui hal tersebut. Dia pun sudah membentuk tim dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Papua Barat.

BACA JUGA: Edo Kondologit: Jangan Sampai Masalah Papua Usik Keberagaman Indonesia

“Saya turunkan tim untuk memeriksa secara komprehensif kasus itu. Kalau nanti ditemukan pelanggaran, karena ada versi berbeda yang saya dengar, kalau nanti ada pelanggaran maka kami akan tindak tegas petugas yang lalai,” ujar kapolda ketika dikonfirmasi, Minggu (30/8).

Mantan Dirtipideksus Bareskrim Polri ini menegaskan, nantinya apabila ada anak buahnya yang tidak profesional dan terbukti melanggar, maka akan diproses. Mulai dari pemeriksaan di propam, pelanggaran etik, disiplin, hingga pidana.

BACA JUGA: Edo Kondologit: Orang Papua Punya Adat Bakar Batu

Dia pun berjanji akan terbuka dalam penanganan kasus tersebut. “Kalau memang terbukti, marah juga saya, makanya kami akan lakukan pemeriksaan,” imbuh kapolda.

Terkait tudingan Edo soal pembiaran yang dilakukan aparat terkait peredaran minuman keras hingga narkoba, Tornagogo mengaku akan fokus juga terkait hal tersebut.

“Masalah miras itu memang ada yang pabrikan, ada yang buatan lokal, kami akan intens. Memang ini menjadi sumber permasalaah di Papua Barat, tidak hanya Papua Barat, tapi Papua juga,” terang dia.

Aparat kepolisian pun sudah berulang kali melakukan pengungkapan terkait kasus miras dan narkoba, namun peredaran masih terjadi.

“Mereka memang pintar sekali buat misalnya di kebun, di hutan, enggak akan habis, karena itu seperti budaya di sini. Tetapi kami akan terus mengungkap itu,” tandas dia. (cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler