jpnn.com - JAKARTA - Popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi untuk mendongkrak elektabilitas PDI Perjuangan tidak sedahsyat yang dibayangkan. Hasil hitung cepat, perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif (pileg) 2014 hanya naik 35 persen dibandingkan pileg 2009.
Sedangkan Partai Gerindra secara mengejutkan justru bisa meningkatkan perolehan suara hingga 170 persen.
BACA JUGA: PKS: Koalisi Poros Tengah Bisa Mengguncang
"Gebrakan Gerindra spetakuler luar biasa, pemilu lalu hanya dapat 4,4 persen sekarang hampir 12 persen. Sedangkan PDIP tidak ada kejutan yang berarti, Jokowi Effect juga tidak berasa," kata Direktur Eksekutif Survey & Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (10/4).
Dosen Ilmu Politik Universitas Jayabaya ini menuturkan, perolehan suara PDIP sangat kecil dibanding target yang diharapkan dengan adanya pencalonan Jokowi sebagai calon presiden (capres). Hal tersebut menunjukkan bahwa Jokowi Effect tidak mempan dalam pemilu kali ini.
BACA JUGA: Rhoma Irama Effect Lebih Berpengaruh Ketimbang Jokowi
"Jokowi effect tidak terbukti sama sekali, dalam Pemilu kali ini," kata Igor.
Dibanding Jokowi, popularitas Raja Dangdut Rhoma Irama (Rhoma Effect) justru lebih terasa. Hasilnya, PKB yang mengusung Rhoma mendapatkan perolehan suara fantastis dan di luar prediksi.
BACA JUGA: Tebar Kode di TPS Khusus KPK
Hasil hitung cepat pileg 2014, PKB meraih 9,4 persen suara nasional. Padahal pada pileg tahun 2009 partai pimpinan Muhaimin Iskandar tersebut hanya mendapatkan 4,9 persen suara nasional. Kenaikan perolehan suara PKB sekitar 91 persen.
"Yang dahsyat kali ini ya Gerindra Effect dan Rhoma Irama Effect," ujar Igor. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidur Tiga Jam Sehari Demi Suksesnya Pelaksanaan Pileg
Redaktur : Tim Redaksi