Efek Kebijakan Dua Anak Di Tiongkok Tidak Signifikan Atasi Krisis

Senin, 28 Desember 2015 – 07:23 WIB

jpnn.com - BEIJING - Kebijakan satu anak dilaksanakan di Tiongkok pada akhir 1970-an yang membatasi satu anak bagi pasangan menikah resmi diakhiri, Minggu (27/12) kemarin.

Pemerintah selama ini memberi alasan bahwa kebijakan satu anak adalah kontributor utama terhadap perkembangan ekonomi Tiongkok dan memblokir 400 juta kelahiran.

BACA JUGA: Tiongkok Resmi Akhiri Kebijakan Satu Anak

Bagi siapa yang melanggar akan dikenakan denda atau sering melakukan aborsi secara paksaan. Kebijakan itu mengakibatkan aborsi menargetkan anak perempuan, setelah masyarakat negara itu lebih cenderung memilih anak laki-laki.

Keluarga di luar kota sudah diperbolehkan untuk memiliki dua anak jika anak pertama adalah perempuan.

BACA JUGA: Biadab, Boko Haram Serang dan Bakar Seluruh Desa saat Rayakan Natal

Efeknya, populasi Tiongkok merupakan yang terbesar dengan 1,37 miliar orang kini menua dengan cepat, dan jumlah gender tidak seimbang dan jumlah tenaga kerja yang menyusut.

Kekhawatiran itu telah membawakan perubahan pada 2013, di mana memungkinkan pasangan untuk memiliki dua anak, jika salah seorang dari mereka adalah anak tunggal.

BACA JUGA: Astaga.. Masjid dan Alquran Dibakar saat Natal

Namun tidak banyak yang mengambil kesempatan itu menyusul pendapatan tidak meningkat dan biaya yang terlihat lebih tinggi.

Seorang ahli pendapatan mengatakan perubahan kebijakan dua anak itu mungkin tidak memiliki efek yang signifikan dan terabaikan untuk mencapai tujuan pemeritah mengatasi krisis populasi di Tiongkok. (AFP/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jauh dari Keluarga, Prajurit TNI Terkesan Merayakan Natal di Lebanon


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler