JAKARTA- Kedatangan Menpora Roy Suryo dalam Kejurnas berkuda yang diselenggarakan Equina sempat membuat banyak pihak bertanya-tanya. Banyak yang beranggapan bahwa Roy membela Equina di tengah kondisi dualisme dunia berkuda di tanah air.
Namun, Pembina PP EFI (Equestrian Federation of International)/berkuda, Teuku Riefky Harsya mengharapkan agar kedatangan Menpora jangan dianggap sebagai sebuah bentuk dukungan. Sebaliknya, kehadiran menteri asal DI Jogjakarta tersebut semestinya dijadikan sarana untuk mengatasi dualisme antara Equina dan EFI yang masih terus terjadi.
"Bagaimana Menpora mau menyelesaikan suatu masalah, apabila tidak melihat sendiri pihak-pihak yang perlu dipersatukan. Oleh karena itu Menpora tadi merasa perlu hadir pada acara yang digelar Equina. Jadi jerih payah Menpora harus kita hargai dan dukung. Jangan disalahartikan sebagai keberpihakan Menpora. " ujarnya Minggu (28/4).
Riefky menambahkan, pihaknya sudah sering berdiskusi dengan Menpora mengenai masalah yang terjadi di berkuda Indonesia. Dia juga meminta saran dari Roy untuk mempersatukan kembali stakeholder equestrian yang ada di Indonesia. Sebab, para atlet memiliki beban untuk berprestasi di dunia internasional.
“Prinsipnya jangan sampai atlet yang menjadi korban. Sayang sekali kondisi yang terpecah ini dikhawatirkan bisa menjadi titik balik kemunduran standar equestrian Indonesia yang sudah hampir
menyamai kelas internasional. Jangan sampai pertandingan kita mundur lagi dengan mempertandingkan kelas show jumping paling tinggi hanya 130 cm,” tambah Riefky.
Jika itu terjadi, tentu sebuah kemunduran. Sebab, saat menjadi juara umum di SEA Games 2011 dan World Cup 2012, Indonesia sudah bisa menaklukkan Negara-negara Asean di kelas 145 cm. Apalagi, EFI juga sudah bekerja keras untuk menciptakan atlet berkelas.
“Sampai saat ini pun sembilan orang atlet nasional yang berhasil menyabet medali pada SEA Games 2011 masih memilih untuk tetap bernaung dibawah pembinaan EFI, kecuali ada tiga atlet senior yang bergabung dengan Equina”, tambah Riefky. (jos/jpnn)
Namun, Pembina PP EFI (Equestrian Federation of International)/berkuda, Teuku Riefky Harsya mengharapkan agar kedatangan Menpora jangan dianggap sebagai sebuah bentuk dukungan. Sebaliknya, kehadiran menteri asal DI Jogjakarta tersebut semestinya dijadikan sarana untuk mengatasi dualisme antara Equina dan EFI yang masih terus terjadi.
"Bagaimana Menpora mau menyelesaikan suatu masalah, apabila tidak melihat sendiri pihak-pihak yang perlu dipersatukan. Oleh karena itu Menpora tadi merasa perlu hadir pada acara yang digelar Equina. Jadi jerih payah Menpora harus kita hargai dan dukung. Jangan disalahartikan sebagai keberpihakan Menpora. " ujarnya Minggu (28/4).
Riefky menambahkan, pihaknya sudah sering berdiskusi dengan Menpora mengenai masalah yang terjadi di berkuda Indonesia. Dia juga meminta saran dari Roy untuk mempersatukan kembali stakeholder equestrian yang ada di Indonesia. Sebab, para atlet memiliki beban untuk berprestasi di dunia internasional.
“Prinsipnya jangan sampai atlet yang menjadi korban. Sayang sekali kondisi yang terpecah ini dikhawatirkan bisa menjadi titik balik kemunduran standar equestrian Indonesia yang sudah hampir
menyamai kelas internasional. Jangan sampai pertandingan kita mundur lagi dengan mempertandingkan kelas show jumping paling tinggi hanya 130 cm,” tambah Riefky.
Jika itu terjadi, tentu sebuah kemunduran. Sebab, saat menjadi juara umum di SEA Games 2011 dan World Cup 2012, Indonesia sudah bisa menaklukkan Negara-negara Asean di kelas 145 cm. Apalagi, EFI juga sudah bekerja keras untuk menciptakan atlet berkelas.
“Sampai saat ini pun sembilan orang atlet nasional yang berhasil menyabet medali pada SEA Games 2011 masih memilih untuk tetap bernaung dibawah pembinaan EFI, kecuali ada tiga atlet senior yang bergabung dengan Equina”, tambah Riefky. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mourinho Dikabarkan Ingin Balik ke Chelsea
Redaktur : Tim Redaksi