Eko Yuli Irawan, Pincang pun Masih Bisa Pecahkan rekor PON

Tangis Anak Bakar Motivasi Bertanding

Jumat, 14 September 2012 – 07:00 WIB
KARENA harus tampil di Olimpiade London 2012, Eko Yuli Irawan nyaris tidak bisa menyaksikan proses kelahiran anak pertamanya, Naycilla Salsabila Irawan. Berkat sang putri, Eko bisa menahan sakit untuk merebut emas sekaligus memecahkan rekor angkat besi kelas 62 kg di PON 2012.
      
Kaki kanannya dibebat kuat. Jalannya masih terpincang-pincang. Sesekali lifter Kalimantan Timur Eko Yuli Irawan meringis kesakitan. Ketika hendak duduk, dia juga mesti mengatur posisi sebaik mungkin untuk mengurangi rasa sakit.

Cedera retak tulang kering kaki kanan memang membatasi gerak Eko. Tapi, tidak untuk di arena pertandingan. Ketika sudah menghadap barbel, Eko bak singa lapar. Rasa sakit dia lupakan. Hasilnya pun manis. Suami Masitah itu sukses merebut emas di kelas 62 kg dengan angkatan 141 snatch dan 165 clean and jerk Rabu lalu (12/9). Catatan Eko itu sekaligus memecahkan rekor PON yang sebelumnya dipegang Triyatno pada PON 2008.

"Sakitnya memang luar biasa. Tapi, kalau dirasakan, malah tambah sakit. Makanya, ketika di arena pertandingan, saya harus menahan sakit sekuat mungkin," ujar Eko saat ditemui di hotelnya kemarin.

Cedera yang diderita peraih perunggu Olimpiade 2012 itu memang cukup parah. Tulang kering kaki kanannya retak. Bahkan, kemampuan tulangnya untuk menyangga badan ketika melakukan angkatan hanya tersisa 10 persen. Jika 10 persen tersebut juga rusak, Eko harus menghadapi kenyataan pahit: pensiun dini.

Cedera tersebut dialami ketika persiapan SEA Games 2011. Saat itu kaki kanan Eko terantuk besi barbel saat hendak melakukan angkatan snatch. Awalnya, hal itu dianggap biasa. Tak disangka, efeknya ternyata sangat parah. Di Olimpiade pun dia harus menahan rasa sakit.

"Saya sadar jika kondisi saya memang sangat parah. Karena itu, saya tidak mau ngoyo di PON. Yang penting emas. Ternyata malah memecahkan rekor," imbuhnya.
Untuk mengatasi cederanya, Eko harus mengonsumsi obat-obatan dan terus membebat kakinya sepanjang hari. Namun, dia tak bisa melakukan terapi. Eko mengungapkan, terapi tak mungkin dilakukan karena berkaitan dengan tulang. Lain cerita kalau cederanya terkait dengan otot.

"Tapi, setelah ini saya memang harus rest tiga bulan. Jadi, latihannya hanya untuk upper body," tutur Eko.

Tidak hanya sakit yang memberatkan langkah Eko saat bertanding. Dia juga kepikiran dengan istrinya, Masitah, yang kerap menangis saat melihatnya bertanding dengan menahan rasa sakit.

"Saya harus bisa tetap kuat di depan istri. Meski bisa cerita dengan lepas, tetap saja tak tega kalau melihat istri menangis," tambahnya.

Eko kian bersemangat saat tampil di PON 2012. Sebab, dengan raihan emas dia bisa menerima bonus Rp 250 juta yang akan diberikan kepada anak-istrinya. Anaknya, Naycilla Salsabila Irawan, lahir pada 18 Agustus lalu. Itu hanya berselang beberapa hari dari sukses Eko merebut perunggu Olimpiade pada 31 Juli.

"Sekarang kan kerja untuk keluarga, jadi lebih termotivasi untuk meraih prestasi terbaik," ungkap Eko. "Pasti selalu kangen kalau sedang tanding di luar kota atau luar negeri. Apalagi, kalau ingat anak sedang nangis. Tapi, itu malah jadi semangat bagi saya untuk mendapatkan prestasi lagi," tegas Eko. (ru/ovi/c2/ang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bonek Demo Kantor PB PON Riau

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler