Ekonom UI: Saat yang Tepat Beralih ke Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Rabu, 29 Juli 2020 – 17:03 WIB
Petugas SPBU saat melayani konsumen. Foto ilustrasi: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengungkapkan, pemerintah perlu mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Namun, harganya harus terjangkau dan tidak menambah beban masyarakat.

BACA JUGA: BBM RON Rendah Bikin Turun Mesin Kendaraan

"Penghapusan BBM ron rendah memang mendesak tetapi harus tepat momentumnya. Saat ini, di tengah tren masih terjadi penurunan harga minyak, kebijakan tersebut bisa diambil pemerintah," tutur Iwa dalam keterangan persnya, Rabu (29/7).

Agar beban masyarakat tidak berat, lanjut Iwa, penggunaan bahan bakar ramah lingkungan harus diikuti dengan jaminan harga tidak berubah. Apalagi harga minyak dunia sedang turun.

BACA JUGA: BBM Beroktan Rendah Sudah Saatnya Dilenyapkan

"Ini secara tidak langsung masyarakat dipaksa untuk mengubah konsumsi BBM nya pada BBM ramah lingkungan,” ujar ekonom ini.

Iwa mengingatkan, dampak buruk Ron rendah selama ini diasumsikan tidak terlalu terlihat pada kendaraan dengan teknologi lama yang masih banyak di Indonesia, bahkan di Jakarta.

BACA JUGA: Kabar Gembira untuk TNI dan Polri, PNS juga, Alhamdulillah

Namun pada lingkungan akan menambah polusi udara khususnya di perkotaan. Persoalan polusi kendaraan ini akan menjadi bom waktu di masa depan, sehingga perlu diambil kebijakan radikal.

Sementara itu, Permen LHK No. 20/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, yang mensyaratkan standar emisi EURO4, bisa saja diterapkan. Namun tidak di semua daerah kota mengingat ada persoalan daya beli berbeda.

Ada daerah memiliki daya beli tinggi ada rendah, juga intensitas masing-masing wilayah berbeda untuk penggunaan bahan bakar. Sehingga, kalaupun diterapkan kebijakan ron tinggi, tetap diperlukan klasterisasi daerah, terutama di kota-kota besar.

“Kita tahu di Indonesia lebih dari 400 kota/kabupaten yang sangat beragam kondisi transportasinya,” ujar Iwa.

Dia mengingatkan, Indonesia memang masuk salah satu negara pengguna BBM ron rendah, di mana negara lain sudah tinggalkan. Namun, di sisi lain, BBM pun harus dipahami menjadi bagian meningkatkan taraf hidup masyarakat.

"Jika taraf hidup masyarakat makin tinggi, pendidikan makin tinggi, maka kesadaran itu akan tumbuh, menggunakan BBM ramah lingkungan. Apalagi, masyarakat Indonesia sebetulnya mudah diarahkan, asal terus diedukasi," terangnya.

Iwa menegaskan, keengganan menggunakan BBM ramah lingkungan ron tinggi, seringkali bukan karena faktor harga.

Namun karena kebiasaan dan ketidakpercayaan terhadap perbedaan BBM ramah lingkungan dengan Premium, karena itu perlu terus diedukasi manfaat dan perbedaan signifikan BBM ron tinggi. (esy/jpnn)

 

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler