jpnn.com, PYONGYANG - Jumat (26/7) Bank of Korea merilis perkiraan produk domestik bruto (PDB) Korea Utara alias Korut pada 2018. Menurut mereka, PDB itu hanya sekitar 35,9 triliun won (Rp 425 triliun). Sedangkan pendapatan per kapita mencapai USD 1.119 alias Rp 15,6 juta per tahun.
Angka PDB itu turun 4,1 persen jika dibandingkan dengan capaian 2017. Menurut Korea Selatan (Korsel), itu adalah penurunan ekonomi terbesar selama 20 tahun terakhir. Rekor tersebut hampir menyamai penurunan ekonomi pada 1997. Saat itu Korut sedang dilanda krisis pangan. Ratusan ribu warganya meninggal.
BACA JUGA: Korut Punya Kapal Selam Baru, Ancaman Buat Jepang?
"Ekonomi (Korut) sudah pasti drop lantaran sanksi yang diterima," ujar Benjamin Katzeff, pakar Korut dari Stimson Center.
Bank of Korea juga memasukkan musim kemarau panjang sebagai faktor penyebab lesunya ekonomi pemerintahan Kim Jong-un. Hal tersebut juga disampaikan pejabat World Food Programme PBB James Belgrave. Dia mengatakan, panen gandum dan barli menurun 20 persen. "Tumbuhan di sana terlihat lebih kering dan pendek. Banyak pejabat pertanian yang khawatir," ujar Belgrave.
BACA JUGA: Terungkap, Operasi Rahasia Huawei di Korea Utara
Meski begitu, Korut makin agresif menunjukkan ketidakpuasannya terhadap negara tetangga. Setelah menguji coba senjata terbaru pada Kamis (25/7), Kim Jong-un mengutarakan ancaman. Dia menyatakan bahwa negara komunis itu tidak tinggal diam jika Korsel tetap melakukan latihan militer dengan Amerika Serikat (AS).
BACA JUGA: Maksud Tersembunyi Kim Jong Un Mengubah Konstitusi
BACA JUGA: Maksud Tersembunyi Kim Jong Un Mengubah Konstitusi
Melalui Korean Central News Agency (KCNA), putra bungsu Kim Jong-il tersebut mengakui peluncuran rudal yang terdeteksi Korsel sehari sebelumnya. Menurut dia, senjata itu merupakan salah satu andalan Korut untuk menanggulangi ancaman dari selatan.
"Kami tidak punya pilihan selain mengembangkan sistem senjata super untuk menghalau ancaman yang ada," ujar Jong-un menurut Al Jazeera.
Kim Jong-un tak membeberkan spesifikasi rudal yang baru saja diluncurkan. Dia hanya mengatakan bahwa misil miliknya tak akan mudah dicegat sistem antirudal. Sebab, rudal tersebut bisa terbang dalam ketinggian rendah dan mengubah sudut secara ekstrem.
Hal itu sesuai dengan tebakan militer Korsel. Mereka menyimpulkan bahwa senjata dari Tentara Rakyat Korea tersebut mirip dengan rudal jarak dekat milik Rusia, Iskander.
Iskander terkenal dengan kemampuan terbang lurus, lalu menukik menuju target. Kemampuan itu membuat sistem antirudal balistik sulit memprediksi trayek serangan.
Saat dites, dua rudal tersebut terbang dari kota pesisir Wonsan sampai ke Laut Timur alias Laut Jepang. Mereka terbang sampai jarak 690 kilometer. Dengan jangkauan tersebut, Korut bisa menyerang wilayah mana pun di Korsel.
"Ini adalah peringatan serius. Pemimpin Korsel tak boleh meremehkan peringatan ini," tegas Jong-un sebagaimana dilansir Yonhap.
Dalam beberapa kesempatan, Korut sudah mengutarakan keluhan terhadap rencana Korsel dan AS menggelar latihan gabungan. Selama 2018 Korsel memang membatalkan semua simulasi perang untuk menghormati perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut. Namun, sikap Korsel berubah setelah KTT AS-Korut di Hanoi Februari silam berakhir runyam. (bil/c9/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Trump Mengancam, Korut dan Tiongkok Pererat Hubungan
Redaktur & Reporter : Adil