Ekosistem Riset Berkembang Selama Pandemi Covid-19

Senin, 22 Juni 2020 – 19:09 WIB
Menteri Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) telah membentuk konsorsium untuk menangani covid-19.

Konsorsium yang beranggotakan lembaga penelitian di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN seperti LIPI, beberapa perguruan tinggi (PT), serta Penelitian dan Pengambangan (Litbang) Kementerian Kesehatan.

BACA JUGA: Tim Riset Siap Memproduksi 250 Juta Botol Minuman Herbal Penangkal Virus Corona

Konsorsium juga melibatkan dunia usaha baik swasta maupun BUMN yang mempunyai fokus membantu mencegah, mendeteksi cepat Covid-19 melalui riset dan inovasi seperti vaksin, suplemen, pengobatan dan  teknologi Kesehatan.

“Kami telah mencoba menerapkan triple helix di dalam Konsorsium Riset dan Inovasi tentang covid-19 untuk menghubungkan dunia penelitian dengan dunia industri dan pemerintah,” kata Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam Diskusi Kebijakan: Penanggulangan COVID-19 Berbasis Pengetahuan dan Inovasi yang diselenggarakan oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) dan Katadata, Senin (21/6).

BACA JUGA: Update Corona 23 Juni: Ada Kabar Baik dari Kalsel

Dia menambahkan, berbagai elemen dilibatkan mulai dari kesehatan, ikatan farmasi maupun Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian.

“Pandemi ini juga menunjukkan ekosistem riset yang selama ini kita bayangkan, justru berkembang dengan baik. Sebelumnya kita belum mempunyai produksi ventilator sendiri, pandemi ini membuat inovasi bekerja dan menghubungkannya dengan  dunia industri,” kata dia.

Dia menambahkan, pihaknya akan tetap mengedepankan pengetahuan dan inovasi dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19.

Data yang digunakan saat ini adalah peta sains yang merupakan pendekatan riset ilmu pengetahuan untuk mengatasi endemi dan pandemi. Hal ini adalah sebuah pendekatan riset selain dari kesehatan itu sendiri.

Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar menjelaskan, dalam ekosistem inovasi, hasil dari riset vaksin yang disebutkan oleh Bambang tersebut akan menghasilkan hilirisasi.

Fokusnya adalah bagaimana seluruh elemen ini bersinergi agar hasil penelitian bisa menjadi inovasi yang dipasarkan, digunakan, dan dengan demikian mendongkrak kemajuan dan daya saing bangsa.

“Dalam implementasinya, ekosistem pengetahuan maupun inovasi membutuhkan kapasitas negara untuk menggerakkan semua elemennya,” tambah Dewi.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo menjelaskan, di internal ASN, selama pandemi ini tetap berusaha produktif dan inovatif untuk pempercepat proses layanan untuk melayani masyarakat.

“KemenPANRB saat ini juga ingin memasukkan indikator inovasi dalam penyusunan kebijakan kita untuk terbangunnya sinergitas bersama untuk menyatukan langkah dalam kerangka ekosistem pengetahuan dan inovasi menuju pencapaian kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Peneliti Senior Center for Innovation Policy and Governance (CIPG) Yanuar Nugroho menjelaskan, saat ini yang dibutuhkan oleh ekosistem riset dan inovasi adalah state capacity, yakni negara mengatur, hadir dan mengorkestrasi agar ekosistem ini berjalan dengan baik.

“Sebab, masih ada beberapa tantangan untuk dihadapi bukan hanya tantangan teknologi, melainkan yang lebih besar adalah tantangan sumber daya manusia,” ujar dia. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler