Di sana, dipamerkan batik, berbagai kerajinan tangan, mainan anak-anak, furniture, kuliner, hingga obat-obatan herbal yang ada di tanah air. Harganya pun juga cukup terjangkau.
Seperti dituturkan seorang pengunjung, Syafril. Untuk sebuah baju kemeja batik berlengan pendek, ia cukup merogoh kocek Rp 35 ribu. "Ya lumayanlah, buat dipakai sehari-hari," katanya.
Hanya jika ingin kualitas yang lebih baik, tentu harga lebih mahal. Misalnya kain tenun dari Nusa Tenggara Barat, harga bisa mencapai Rp 300 ribu bahkan lebih. Maklum, dari dari segi kualitas juga terasa cukup bermutu. Demikian juga dengan sebilah rencong dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dapat mencapai Rp400 ribu untuk yang berukuran sedang. "Ini bahannya dari besi putih bang. Dan gagangnya ada yang dari tanduk,"kata penjaga stand Aceh, Karnaidi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tarmizi A.Karim, ekspo ini digelar guna mendukung perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. "Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan bertemunya para konsumen dan produsen. Sehingga tercipta pasar bagi industri kreatif Indonesia,"katanya.
Ini disadari, karena pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat, tidak hanya ditujukan secara individual, akan tetapi juga secara kolektif sebagai bagian dari aktualisasi eksistensi manusia. "Sehingga konsep pemberdayaan masyarakat, menjadi tolok ukur normatif dari upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga dan masyarakat. Bahkan bangsa sebagai perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,"ujarnya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stok Aman, Harga Sembako Jelang Idul Adha Stabil
Redaktur : Tim Redaksi