jpnn.com, JAKARTA - Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan volume ekspor minyak secara total, termasuk biodiesel dan oleochemical, pada Mei 2018 turun tiga persen menjadi 2,33 juta ton bila dibandingkan dengan April 2018.
Sementara itu, ekspor crude palm oil (CPO) pada Mei lalu angkanya menurun empat persen menjadi 2,14 juta ton daripada April 2018 sebesar 2,22 juta ton.
BACA JUGA: Ekspor Sawit Turun 5 Persen
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan, penurunan harga minyak sawit tidak mampu menarik pembeli dari negara mitra terbesar seperti India.
Hal tersebut ditengarai akibat kebijakan pengenaan tarif bea masuk tinggi untuk komoditas sawit.
Sejak kebijakan itu diberlakukan, permintaan minyak sawit ke India turun drastis.
Sejak Maret 2018, India memberlakukan tarif impor minyak kelapa sawitnya menjadi 44 persen.
Lonjakan itu hanya berselang empat bulan dari kenaikan tarif minyak sawit dari 15 persen menjadi 30 persen.
Menurut catatan Gapki, penurunan impor India mencapai 31 persen menjadi 240,16 ribu ton.
”Pasar India yang sudah tergerus lebih dari 50 persen dari sejak awal tahun yang akhirnya turut mengakibatkan stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia menjadi tinggi,” jelas Mukti, Selasa (17/7).
Menyikapi hal itu, pengusaha meminta pemerintah mempertimbangkan penambahan ekspor pada pasar alternatif seperti ke kawasan Afrika.
”Gapki melihat ada potensi kebutuhan produk sawit di Afrika yang cukup tinggi,” ujar Mukti. (agf/c25/oki)
Redaktur : Tim Redaksi