Ekspor Galangan Kapal Batam Lesu, Ini Penyebabnya

Kamis, 16 April 2015 – 03:45 WIB

jpnn.com - BATAM - Industri galangan kapal (shipyard) Batam tengah menghadapi kondisi sulit pasca resesi global dalam beberapa tahun terakhir.

Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Kepri mengungkap ekspor produksi galangan kapal Batam tak tumbuh signifikan usai terjerambab pada 2012 lalu. Kondisi serupa diperkirakan terjadi di tahun ini.

BACA JUGA: Nasabah OCBC NISP Berkesempatan Liburan ke Paris

"Sebenarnya growth (pertumbuhan)-nya ada, tapi tak besar," ujar Kepala KPw BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra di kantor KPw BI di Batamcenter, Rabu (15/4).

Gusti menyebut, sejak 2005 laju pertumbuhan ekspor galangan kapal Batam rata-rata naik dan puncaknya pada 2011 lalu. Saat itu, nilai ekspor hasil shipyard Batam membukukan angka lebih dari 1000 juta US Dolar. Namun, setahun kemudian atau pada 2012, ekspor galangan kapal terjun bebas ke angka kisaran 200 juta US Dolar. Sehingga, pertumbuhan ekspor galangan kapal Batam dari tahun 2011 ke 2012 malah minus 78,4 persen year on year (yoy).

BACA JUGA: Menteri Gobel Pastikan Tak Lakukan Sweeping Bir

"Permintaan kapal menurun, ekspor utama ke Timur Tengah berkurang drastis akibat wilayah itu bergejolak (perang kawasan)," beber Gusti.

Negara-negara di kawasan Timur Tengah, kata dia, merupakan tujuan ekspor produksi galangan kapal Batam. Negara kaya penghasil minyak itu banyak membutuhkan jenis-jenis kapal buatan Batam seperti tanker, tongkang, tug boat, hingga jack up drilling (alat pengeboran) lepas pantai. 

BACA JUGA: Dirut PGN Curhat ke DPR Sulitnya Bangun SPBG

Namun, konflik yang terjadi di kawasan itu pada beberapa tahun terakhir mambuat laju permintaan tak lagi tinggi. Terlebih, akhir-akhir ini harga minyak mentah dunia yang cenderung turun memaksa eksportir minyak dunia menahan diri untuk memproduksi minyak besar-besaran. 

Tak hanya itu, pemberlakuan Undang-undang (UU) Mineral dan Batubara (Minerba) pada awal 2014 lalu juga menekan permintaan kapal dari dalam negeri. UU tersebut melarang ekspor langsung mineral mentah dari Indonesia. Itu juga berimbas pada permintaan kapal seperti tug boat dari Batam.

Alhasil, secara keseluruhan permintaan kapal juga turut lesu. Untungnya, pada 2014 lalu ekspor kapal dari Batam tertolong oleh permintaan dari Australia. Sehingga, pertumbuhan ekspor terkerek hingga 62 persen (yoy).

"Proyeksi tahun ini hampir sama dengan 2014," kata dia.

Gusti menyarankan industri galangan kapal di Batam mulai melirik peluang menggarap potensi pasar dalam negeri. Pasalnya, kata dia, pemerintah pusat tengah getol menggalakkan program kemaritiman yang disuarakan Presiden Jokowi. Saat ini tercatat, market share produksi kapal buatan Batam mayoritas di ekspor sebanyak 60 persen dan sisanya untuk pasar domestik.

"Manfaatkan itu untuk menggenjot suplai kapal dalam negeri," katanya.

Sementara itu, Badan Pengusahaan (BP) Batam menyatakan tak ada pengurangan jumlah perusahaan galangan kapal di Batam meski dikabarkan produksi untuk ekspor menurun.

"Masih sama, tidak ada yang sampai gulung tikar," ujar Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam, Ilham Eka Hartawan, Rabu (15/4).

Ilham menyebut, jumlah perusahaan galangan kapal dan offshore di Batam sebanyak 114 perusahaan. Pihaknya juga belum menerima laporan perusahaan yang tutup atau kabur ke luar negeri.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Konsulat Cabang Batam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Suprapto mengatakan sejauh ini tak ada keluhan dari para pekerja akibat penurunan produksi ekspor kapal dari Batam. Ia juga menyebut tak ada pemutusan hubungan kerja bagi para karyawan terkait hal tersebut.

"Kalau permintaan sepi, galangan kapal biasanya melayani maintenance (perawatan) kapal, jadi masih bisa beroperasi," katanya.

Sedangkan karyawan outsourcing, ia menyambung, biasanya dipekerjakan saat perusahaan menerima order pembuatan kapal. Ketika pekerjaan usai, maka berakhir pula ikatan dengan karyawan tersebut.(rna/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNI Syariah Ekspansi Bisnis dengan Terbitkan Sukuk Mudharabah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler