Ekspor Lesu, BPS Minta Pemerintah Waspadai Hal Ini

Senin, 15 Agustus 2022 – 14:09 WIB
Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa BPS Setianto mengatakan pemerintah Indonesia harus waspada terhadap ketegangan geopolitik global. Foto ilustrasi/dok Pelindo I

jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengatakan pemerintah Indonesia harus waspada terhadap ketegangan geopolitik Tiongkok dan Taiwan.

Sebelumnya, BPS mencatat kinerja ekspor pada Juli 2022 mengalami penurunan sebesar 2,20 persen month-to-month (mtm).

BACA JUGA: BPS Mencatat Ekspor Juli 2022 Anjlok 2,20 Persen

Adapun secara kumulatif atau dari Januari hingga Juli 2022, total nilai ekspor Indonesia tercatat mencapai USD 166,70 miliar.

Artinya, Setianto mengatakan ketegangan geopolitik dapat memengaruhi sektor perdagangan.

BACA JUGA: Gandeng Ditjen Bea Cukai dan Kemenkeu, LPEI Dorong UMKM Menembus Ekspor

"Perkembangan ekspor Indonesia perlu diwaspadai ke depan karena perkembangan ekspor yang menggembirakan hingga Juli 2022 lebih ditopang oleh kenaikan harga di pasar global," ujar Setianto, Senin (15/8).

Lebih lanjut, peningkatan ekspor Indonesia secara volume cenderung tertahan atau stagnan, sementara harga komoditas utama Indonesia di pasar global saat ini mulai mengalami penurunan.

BACA JUGA: Begini Langkah Bea Cukai Memajukan Ekspor Pelaku UMKM

Di sisi lain, ekspor Indonesia ke Taiwan juga cenderung mengalami peningkatan seperti tercatat dalam pendataan BPS.

"Volume ekspor komoditas utama Indonesia cenderung stagnan dan beberapa harga komoditas di internasional sudah mulai menunjukkan penurunan, perlu diwaspadai neraca dagang Indonesia untuk bulan ke depan,” ungkap Setianto.

BPS memerinci komoditas ekspor utama Indonesia, seperti minyak kelapa sawit secara volume mencatatkan adanya penurunan yang signifikan pada Mei 2022, sedangkan harga komoditas ini cenderung menurun hingga Juli 2022.

Di samping itu, penurunan harga dan volume juga terjadi pada komoditas unggulan Indonesia, yaitu batu bara dan feronikel.

“Jadi windfall yang terjadi pada tiga komoditas unggulan itu menunjukkan kondisi telah kembali normal,” tutup Setianto. (mcr28/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler