JAKARTA - Perlambatan ekonomi dunia membayangi bisnis tekstil dalam negeriKarena itu, pertumbuhan ekspor tahun depan bakal tidak sekencang tahun ini
BACA JUGA: Krisis, Genjot Pariwisata Libatkan Kepala Daerah
Khusus untuk industri tekstil dan produk tekstil nasional, kenaikan ekspor diperkirakan hanya sebesar lima persen.Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, tahun ini dia optimistis bisa mencatat kenaikan ekspor 20 persen
Menurutnya, daya beli paling tinggi terhadap tekstil dan produk tekstil berada di Eropa, AS, dan Jepang
BACA JUGA: Fokus 50 Destinasi Unggulan
Dampak krisis di kawasan tersebut yang terjadi akhir tahun ini akan lebih terasa bagi eksporter Indonesia pada tahun depanBACA JUGA: Pusat Kucurkan Rp20 Miliar untuk Danau Toba
Sedangkan ke Eropa sebesar 15 persen," katanyaDari sisi kinerja, diperkirakan nilai ekspor tahun ini bisa mencapai target USD 13,5 miliarData Kementerian Perdagangan mencatat, ekspor tekstil dan produk tekstil periode Januari-Agustus USD 9,16 miliarUntuk periode yang sama pada tahun lalu hanya sebesar USD 7,42 miliarSaat ini, tekstil tercatat dalam sepuluh produk utama ekspor.
Terkait kemungkinan adanya banjir impor produk dari Tiongkok pasca krisis ekonomi, Ade mengatakan belum terasaMenurut dia, produk impor akan banyak masuk kalau ada peluang dari sisi nilai tukar mata uang"Kalau dolar menguat, impor tidak akan tinggiBeda kalau rupiah menguat, tentu banyak yang impor," tandasnya.
Seperti diketahui sejumlah perusahaan pemilik merek lokal lewat Asosiasi Merek Indonesia (Amin) mendesak perlindungan terhadap produk dalam negeriPerlambatan ekonomi di AS dan Eropa mengakibatkan negara-negara produsen sekaligus eksporter kehilangan pasar, sehingga meningkatkan peluang bagi mereka menjual produksi ke negara lain termasuk Indonesia(res/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Sesalkan Antam Tak Bayar Retribusi
Redaktur : Tim Redaksi