JAKARTA- Beberapa pengusaha berpendapat, ekspor ke Amerika Serikat (AS) dinilai belum dapat menjadi andalan pertumbuhan meski tetap mendominasi kinerja ekspor IndonesiaHal itu lantaran AS sendiri hingga saat ini masih dalam tahap pemulihan ekonomi, sehingga pertumbuhannya dalam 1-2 tahun mendatang masih melambat.
Dengan adanya peningkatan nilai ekspor non migas Indonesia yang telah mencapai minus 18 persen, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia MS Hidayat optimis bahwa kontraksi ekspor non migas nasional pada 2009 akan mampu mencapai minus 10 persen.
“Saya tetap optimistis kontraksi minus 10 persen, karena peluang pasar tidak hanya di Amerika tetapi yang baru yakni di Afrika dan juga Asia
BACA JUGA: Perbankan Diminta Bantu UMKM
Saat ini, produk konsumsi seperti tekstil Indonesia juga sudah banyak yang masuk ke pasar Afrika,” terang Hidayat di Jakarta, Selasa (6/10).Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno mengakui memang AS bukanlah harapan utama dalam mendongkrak nilai ekspor Indonesia khususnya untuk tekstil. “Kita harus mengakui bahwa pasar AS tetap paling besar, namun tidak dapat menjadi harapan untuk pertumbuhan ekspor
Untuk menghadapi masalah ini, lanjut Benny, memang membutukan waktu yang cukup lama
BACA JUGA: Hapus Proteksionisme untuk Normalisasi Pasar
Menurutnya, pemerintah harus berperan aktif dalam merundingkan pembukaan akses barang, sedangkan sektor swasta bernegosiasi melakukan penawaran-penawaran “Banyak sekali peluang yang bisa kita manfaatkan,” tukasnyaBACA JUGA: Gempa Sumbar Tak Berimbas ke Tanah Abang
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bajaj Luncurkan Pulsar Upgrade
Redaktur : Tim Redaksi