Ekspor ternak Australia dari Pelabuhan Darwin anjlok hampir setengahnya tahun ini karena dipengaruhi faktor kenaikan harga dan ancaman biosekuriti di pasar ternak Indonesia.
Selama dekade terakhir, rata-rata ekspor dari pelabuhan di Northern Territory ini mencapai 400.000 ekor sapi dan kerbau per tahun.
BACA JUGA: Lewat Cara Menarik Ini, Bea Cukai Dorong Pelaku Usaha di Daerah Tembus Ekspor
Namun, sepanjang tahun 2022 diperkirakan hanya 230.000 ekor yang akan diekspor, mencakup 220.000 sapi dan 10.000 kerbau. Ini merupakan jumlah terendah yang diekspor dari Darwin dalam satu dekade.
Direktur Bondstock Rural Exports Colin Webb menyebut tahun 2022 menjadi salah satu tahun paling menantang bagi industri peternakan dalam 20 tahun karirnya.
BACA JUGA: Bea Cukai Belawan Lepas Ekspor 96 Ton Kopi ke Amerika dan Kanada, Sebegini Nominalnya
"Perdagangan ternak masih berjalan dan kami masih bisa bertahan, meskipun sulit," katanya kepada ABC News.
"Sulit untuk mendatangkan ternak kepada klien kami dan sulit bagi mereka menghasilkan uang secara menguntungkan," ujarnya.
BACA JUGA: Ada Miskomunikasi, Pesawat Jetstar dari Melbourne Ditolak Mendarat di Bali
Meskipun para peternak telah menikmati harga sapi yang tinggi, mencapai $5,50 per kilogram bobot hidup pada awal tahun 2022, namun rendahnya permintaan menjadikan industri ekspor kesulitan.
"Kita melihat terjadinya harga ternak yang tinggi. Namun kenaikan harga bahan bakar minyak di awal tahun tidak membantu ekspor kita," jelas Colin Webb.
"Kami telah melakukan yang terbaik untuk klien. Saat ini kami berusaha mencari bantuan untuk menciptakan perdagangan yang lebih baik," tambahnya.Masalah penyakit kulit, kaki dan mulut
Di samping harga minyak dan harga ternak yang tinggi, kekhawatiran ancaman biosekuriti juga berdampak pada ekspor Australia.
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit kulit menggumpal yang dialami ternak di Indonesia menyebabkan perdagangan ternak melambat secara signifikan pada pertengahan tahun.
Direktur Utama Asosiasi Eksportir Ternak Northern Territory (NTLEA) Tom Dawkins mengakui tahun ini sebagai kondisi "buka-tutup" namun saat ini ekspor mulai meningkat lagi.
"Selalu ada momentum untuk mengirim sapi ke Indonesia sebelum musim basah di Top End. Begitulah urutannya untuk tahun ini," jelas Tom.
"Bulan November menandai terjadinya kenaikan ekspor yang wajar, dan Desember akan lebih sibuk lagi," tambahnya.
Tom Dawkins memperkirakan sekitar 30.000 ternak akan meninggalkan Pelabuhan Darwin pada bulan Desember ini, mendekati jumlah rata-rata ekspor selama bulan Desember di tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi kondisi ini memang masih merupakan periode perdagangan yang sulit bagi semua pihak," katanya.
Dia yakin dengan adanya antusiasme dan optimisme dalam industri ini pada bulan-bulan mendatang.
Dengan harga sapi yang tinggi dan pasokan yang terbatas, menurut Tom, menyebabkan keinginan pelanggan di Indonesia pada hewan ternak telah berubah.
"Bentuk perdagangan telah berubah," katanya.
Ia menyebut kini sudah tersedia lebih banyak jenis hewan yang diperdagangkan, termasuk hewan ternak yang lebih tua serta ternak dengan ukuran yang lebih berat.
Dia mengantisipasi perubahan permintaan akan berlanjut hingga 2023.
"Indonesia dipaksa untuk mencari alternatif (jenis ternak sapi). Saya yakin mereka akan tetap bersama kita, bahkan jika kita mendapatkan pasokan yang lebih baik dari sapi jenis tradisional Indonesia ini tahun depan dan seterusnya," urai Tom Dawkins.Optimisme para eksportir
Memasuki tahun 2023, menurut Tom Dawkins, masih sulit untuk memprediksi harga ternak sapi dan permintaan dari pasar.
"Sulit untuk memastikan apa yang akan terjadi tahun depan," katanya.
"Tapi saya dapat memastikan bahwa pelaku bisnis di sini sangat bertekad dan selalu optimis," tambahnya.
Tom berharap harga ternak sapi akan menurun di tahun baru.
"Harganya ditentukan oleh berbagai faktor, tapi klien kami menginginkan adanya penurunan, adanya harga yang sedikit lebih murah," katanya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pekerja Rumah Tangga Asal Indonesia Menyambut Baik Aturan Baru di Singapura