El Nino Tatap Dua Final

Selasa, 01 Mei 2012 – 13:20 WIB
LONDON - Performa itu sementara, tetapi kualitas itu permanen. Striker Chelsea Fernando Torres memang sempat jadi bulan-bulanan karena tidak kunjung mencetak gol. Tetapi, sepekan terakhir dia membungkam mulut para pengkritiknya.
   
Striker berjuluk El Nino tersebut mencetak gol kedua Chelsea ketika menahan Barcelona 2-2 pada second leg semifinal Liga Champions (24/4). Lalu, dia menggila dengan hat-trick ke gawang Queens Park Rangers saat Chelsea menang 6-1 (29/4).

Kebangkitan Torres terjadi pada momen yang tepat. Bukan hanya di akhir musim, melainkan di saat Chelsea harus menghadapi dua final, yakni final Piala FA melawan Liverpool (5/5) dan final Liga Champions versus Bayern Munchen (19/5).

Sepanjang karirnya, hanya dua final yang pernah dirasakan Torres. Kebetulan keduanya terjadi bersama timnas Spanyol, bukan di level klub. Ketika final Euro 2008 melawan Jerman, Torres lah yang menjadi penentu kemenangan 1-0.

Makanya, Torres sangat termotivasi dengan dua final di depan mata dan manajer interim Chelsea Roberto Di Matteo juga punya harapan besar kepadanya. "Kepercayaan diri datang dari kemenangan dan untuk striker, dibutuhkan gol," kata Di Matteo, seperti dikutip Guardian.

Kalau performanya terus menanjak, maka Di Matteo memiliki dua striker yang sedang berada dalam kondisi bagus. Selain Torres ada Didier Drogba yang cukup konsisten. Kebetulan, opsi dua penyerang bisa dipakai pada final Liga Champions.

Penyebabnya, Chelsea kehilangan banyak pemain. Mereka tak bisa memainkan John Terry, Raul Meireles, Ramires, dan Branislav Ivanovic yang terkena skorsing. Makanya, Di Matteo harus mencari strategi yang pas untuk memaksimalkan kekuatan yang ada.

Masalahnya, Di Matteo tidak boleh melakukan kesalahan seperti yang dilakukan dua manajer Chelsea yang menangani Torres sebelumnya, yakni Carlo Ancelotti dan Andre Villas Boas. Di Matteo harus meniru cara yang dipakai Rafael Benitez di Liverpool.

Torres memiliki kemampuan hebat ketika mendapat umpan-umpan terobosan di dekat area penalti. Benitez juga jarang memintanya beroperasi di luar area penalti atau melebar ke sayap. "Saya lebih enjoy dengan ruang yang luas," kata Torres.

Makanya, di Liverpool, kapten Steven Gerrard dioperasikan sebagai penyerang lubang untuk menyuplai umpan-umpan buat Torres. Statistik di Liverpool menunjukkan Torres sangat berbahaya. Total dia mencetak 81 gol dari 142.

Hanya, sulit bagi Di Matteo memakai cara Benitez karena tidak ada pemain dengan tipe seperti Gerrard dan juga masih ada Drogba yang sering dimainkan sebagai targetman. Pemain yang paling tepat menopang Torres adalah Juan Mata.

Dalam dua laga terakhir ketika ketika Torres bersinar, Drogba tidak berada di lapangan. Melawan Barca, Torres turun sebagai pengganti dan saat hat-trick atas QPR, Drogba sama sekali tidak dimainkan dan Mata menjadi penopang Torres.

"Saya memilih dua-duanya (Torres dan Drogba) dimainkan. Saya percaya itu mungkin, tetapi saya tidak tahu apakah itu akan berjalan lancar atau tidak. Saya berharap suatu saat bisa berjalan dengan baik," kata Petr Cech, kiper Chelsea, seperti dikutip Daily Mail.

Bila memainkan keduanya, maka Di Matteo harus meninggalkan pola favoritnya 4-2-3-1. "Torres sedang berada pada momen bagusnya dan kami berharap banyak kepadanya. Ada dua final di hadapan kami yang ingin kami menangkan," lanjut kiper asal Republik Ceko itu. (ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Timnas U-17 Jalankan Pola Baru

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler