Sebagai seorang gadis kecil yang tumbuh di Dubbo -New South Wales, hanya dibutuhkan video VHS pertunjukan balet ‘Swan Lake’ untuk membuat Ella Havelka tahu bahwa ia akan menjadi seorang balerina.

Sebelum Ella bergabung pada tahun 2012, ‘Australian Ballet’ tak pernah memiliki seorang balerina Aborijin dalam sejarah 50 tahun berdirinya perusahaan balet ini.

BACA JUGA: Duta Olimpiade Swisse di Rio: Rowie Webster

Ella telah memiliki perjalanan yang luar biasa di atas panggung dan kini, ‘Ella’ -sebuah film dokumenter tentang kehidupannya -akan membuat debut di Festival Film Internasional Melbourne.

"Saya ingat merasa seperti ‘itulah perasaan yang ingin saya rasakan suatu hari nanti," tutur Ella Havelka tentang kenangan saat ia menonton pertunjukan Swan Lake.

BACA JUGA: Membayangkan Berada di Brasil Untuk Olimpiade

Dua dekade kemudian, ia telah menjadi balerina Aborijin pertama di ‘Australian Ballet’.

Ella menjadi berita utama pada tahun 2012 ketika ia diundang untuk bergabung dengan perusahaan balet bergengsi itu, tapi di balik layar, ia memiliki perjalanan yang tak mudah untuk sampai ke panggung.

BACA JUGA: Perempuan Ini Desak Transparansi Riwayat Praktek Dokter

"Balet bukanlah sesuatu yang banyak orang Aborijin eksplorasi, ini seperti profesi yang melelahkan dan Anda harus mulai begitu awal dan sangat mahal," ungkap Ella Havelka. Ketika ‘Australian Ballet’ tak menawarkannya tempat di sekolah mereka setelah ia lulus SMA, Ella sempat merasa hancur.

ABC; Margaret Burin

Didukung komunitas yang luar biasa

Menjadi anak tunggal, Ella pindah ke Melbourne saat remaja untuk berlatih di Sekolah ‘Australian Ballet’.

Jana Havelka, ibu Ella, membawa putrinya sendirian.

"Karena kami Aborijin, orang berpikir, mengapa ia tak main basket saja atau mengapa ia tak menekuni lari saja?" ujar Jana Havelka.

"Saya katakan, itu adalah apa yang kau inginkan untuk Ella, bukan yang diinginkan Ella," utaranya.

Ella mengatakan, komunitas tari Dubbo menyumbang untuk biaya sekolah dan kostum-nya ketika para guru melihat potensi dirinya.

"Ibu saya pasti tak akan mampu membayar uang sekolah saya, kami mendapat begitu banyak bantuan dari guru saya di Dubbo dan komunitas yang luar biasa di sekitar kami," ceritanya. Ella bergabung dengan perusahaan tari Aborijin Bangarra selama 4 tahun.

Supplied

‘Hancur’ ketika awalnya tak mendapat tempat

Ketika ‘Australian Ballet’ tak menawarkan ia tempat di sekolah mereka setelah menyelesaikan SMA, Ella sempat merasa hancur.

Sebaliknya, ia bergabung dengan perusahaan tari Aborijin Bangarra selama empat tahun, di mana ia harus belajar gaya tari kontemporer dan budaya yang baru.

Ella kembali ke balet klasik ketika ‘Australian Ballet’ mengundangnya untuk bergabung dengan perusahaan itu pada tahun 2012, tetapi secara mental dan fisik, Ella mengaku hal itu adalah sebuah peregangan.

"Telah menjadi perjalanan yang sulit untuk kembali ke dunia balet dan membawa kaki saya kembali ke sepatu ‘point’ balet dan membuat tubuh balet saya kembali," ujarnya.

"Butuh beberapa waktu tapi akhirnya sesuai dengan harapan," tutur Ella Havelka.

Buktikan bahwa semua orang bisa capai cita-cita

Balerina berusia 27 tahun ini mengatakan, ketika ia pertama kali bergabung dengan ‘Australian Ballet’, ia enggan membuat ‘woro-woro’ tentang dirinya menjadi balerina Aborijin pertama di perusahaan balet itu. Ella mengatakan, transisi kembali ke dunia balet bukanlah hal yang mudah.

Supplied

Dan ia mengungkapkan, hal itu terus melekat di pikirannya.

"Saya ingin membuktikan bahwa saya cukup baik, tak hanya untuk diri saya sendiri, tapi untuk orang-orang Aborijin," sebutnya.

"Untuk membuktikan bahwa kami bisa melakukan apapun yang ingin kami lakukan dan hanya karena kami Aborijin, tak berarti kami harus kalah," tegas Ella Havelka.

Film dokumenter ‘Ella’ akan tayang perdana pekan ini di Festival Film Internasional Melbourne dan akan diputar lebih luas di bioskop terpilih pada bulan Oktober.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan: 11:17 WIB 11/08/2016 oleh Nurina Savitri.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasakan Hidup Sebagai Pengungsi di Kamp Simulasi Sydney

Berita Terkait