jpnn.com - TANJUNG SELOR – Harga jual Liquified Petroleum Gas (LPG) atau elpiji 3 kilogram di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan terendus mencapai Rp 50 ribu per tabung.
Sebagai produk Pertamina yang disubsidi pemerintah, harga jual elpiji tabung melon ini tentunya bukan membantu meringankan beban masyarakat kalangan menengah ke bawah atau usaha mikro. Tapi memberatkan mereka, dan menguntungkan agen atau pangkalan.
BACA JUGA: Ini Daerah Yang Terlambat Susun RAPBD 2015
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulungan Markus Juk mengatakan, sudah seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan segera menindak tegas.
“Pemerintah harus menindaklanjuti masalah ini, yang meningkat tajam hingga Rp 50 ribu per tabung. Sebab, HET (Harga Eceran Tertinggi) saat ini hanya Rp 31 ribu. Artinya, pemerintah harus memberikan penekanan kepada para pengecer yang menaikkan dengan harga yang cukup tinggi seperti itu,” kata Markus, kemarin (7/1).
BACA JUGA: Pemerintah Mulai Perketat Ekspor dengan L/C
Sementara terhadap pernyataan pemerintah yang menilai bahwa kenaikan harga elpiji 3 kilogram itu karena hukum pasar, Markus menilainya sebagai pendapat yang keliru.
“Elpiji 3 kilogram itu barang yang disubsidi pemerintah, untuk membantu kebutuhan masyarakat yang kurang mampu, dan sebagai pengganti minyak tanah. Tapi, jika kondisinya seperti saat ini, berarti elpiji 3 kilogram jauh lebih mahal dari minyak tanah,” ungkap Markus.
BACA JUGA: Semen Indonesia Bangun Museum Industri dan Education Park Terbesar di Gresik
“Para pengecer diwajibkan menjual elpiji 3 kilogram sesuai dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah. Kami mengimbau kepada pemerintah agar mengerahkan Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) untuk merazia pengecer yang menjual elpiji 3 kilogram lebih tinggi dari HET yang telah ditentukan,” timpal Markus.
Markus juga menyatakan bahwa alasan pihak agen yang mengaku bahwa kekosongan Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar sebagai salah satu penyebab terlambatnya distribusi elpiji 3 kilogram di Bulungan, sebagai alasan yang kurang tepat.
“Masalah keterlambatan dan sebagainya itu merupakan kesalahan agen, bukan kesalahan dari masyarakat yang menggunakan elpiji 3 kilogram. Jangan sampai karena keterlambatan distribusi elpiji dari agen, pengecer seenak-enaknya menaikkan harga setinggi mungkin guna mengambil keuntungan dengan memanfaatkan keadaan yang ada saat ini,” ujar dia. (*/iwk/ndy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semen Indonesia Bangun Museum Industri dan Education Park Terbesar di Gresik
Redaktur : Tim Redaksi