jpnn.com - MATARAM - Kelangkaan elpiji 3 kg dianggap aneh oleh banyak pihak. Karena stok dan distribusi elpiji bersubsidi ini normal.
”Kami sendiri di pangkalan merasa normal-normal saja, tetap seperti biasa. Cuma kami tidak paham kenapa bisa langka, harga naik,” kata pemilik pangkalan UD Hari Jaya Gas, Made Purwata, kemarin.
BACA JUGA: Sempat Baku Tembak dengan Polisi, Perampok Berhasil Kabur
Dia menyebutkan, sesuai kontrak dengan agen, setiap minggu pangkalannya mendapat kiriman tiga truk elpiji 3 kg. Satu truk berisi 560 tabung. Distribusinya pun lancar sesuai jatah pangkalannya.
Menurut Purwata, mestinya dengan stok yang normal ini, tidak terjadi kelangkaan. Namun kenyataanya di lapangan malah sebaliknya: elpiji 3 kg langka dan sulit didapatkan warga. ”Ini sangat aneh,” katanya.
BACA JUGA: Pagi Hadiri Pelantikan Jokowi, Malam BJ Habibie Masuk RS
Dia mengaku sempat kewalahan memenuhi permintaan elpiji 3 kg. Saat ini jatah masing-masing pengecer yang biasa diberikan tidak cukup, sebab dalam sekejap elpiji mereka ludes terjual. Hal itu disebabkan tingginya permintaan.
”Biasanya pengecer kami kasih 10 tabung. Dalam hitungan jam bisa habis, sementara yang lain jadi tidak kebagian,” katanya.
BACA JUGA: Jemaah Haji Lansia Hilang di Mina Belum Ditemukan
Purwata sendiri membatasi jumlah pembelian warga agar tidak disalahgunakan. Menurutnya, untuk kebutuhan rumah tangga cukup dengan dua tabung. Jika lebih tidak akan diberikan.
”Kalau ada yang mau beli lima tabung, saya bilang maaf tidak bisa, khawatirnya nanti ditimbun,” katanya.
Sementara itu, Ibu Wati, salah seorang pedagang kaki lima (PKL) di Mataram mengaku resah karena makin sulit mendapatkan elpiji 3 kg. Sebab elpiji tersebut digunakannya sehari-hari untuk membuat kopi dan mie rebus untuk para pembeli yang nongkrong di warungnya.
”Sekarang makin susah. Minyak tanah tidak ada, gas sulit. Mungkin nanti kita akan pakai spiritus,” katanya.(ili/feb)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru TK Ditemukan Tewas di Bagasi Mobil
Redaktur : Tim Redaksi