jpnn.com, JAKARTA - Putusan Mahkamah Konstitusi 27 Juli 2019 menutup rangkaian pemilu presiden yang panjang. Namun dinamika opini publik sepanjang pemilu presiden itu tetap bisa dirasakan kembali.
Denny JA dan Lingkaran Survei Indonesia merekam dinamika Pemilu Presiden 2019 itu dalam empat buku yang unik.
BACA JUGA: Prabowo Mengakui Jokowi - Maâruf Menang Pilpres 2019, Nih Buktinya
Pertama, buku yang merekam opini publik yang diperoleh melalui survei nasional. Sepanjang Juli 2018-April 2019, LSI Denny JA melakukan survei setiap bulan, dan konferensi pers dua kali sebulan.
BACA JUGA : Orator PA 212 Ancam Prabowo Subianto: Anda Berkhianat, Silakan Jalan Sendiri!
BACA JUGA: Sidang Sengketa Pilpres 2019 Usai, ISNU: Indonesia Harus Kembali Bersatu
Dari serial 10 kali survei nasional dan 20 konferensi pers, pembaca bisa membaca kembali aneka temuan penting.
Antara lain: LSI Denny JA menyatakan Reuni 212 ternyata tak banyak berpengaruh. Kemudian Program populis Jokowi seperti Kartu Pintar dan Sertifikat Tanah Gratis membuat Jokowi unggul telak pada pemilih wong cilik. Buku ini diberi judul: Mendengar Opini Publik.
BACA JUGA: Gugatan Ditolak, Prabowo Kecewa, tetapi Tetap Hormati Keputusan MK
Kedua, buku yang lebih unik lagi. Denny JA menyatakan mungkin ini buku pertama di dunia: rekaman 500 meme politik Denny JA sepanjang pemilu presiden.
Denny mengatakan hampir setiap hari dia membuat sekitar tiga meme politik merespon ssituasi yang berkembang.
"Meme politik itu tak hanya berisi celotehan, olok-olok, tapi juga perspektif yang bisa memframing kejadian aktual. Buku ini diberi judul: Katakanlah dengan Meme," ujarnya.
Ketiga, buku yang juga unik Denny JA juga rajin mengulas dan memberi penjelasan situasi pemilu presiden mutakhir.
BACA JUGA : Suasana Sidang MK Pecah, Saksi Prabowo Kebelet Pipis
Data, teori dan sentimen mewarnai sekitar 70 tulisan Denny JA. Mayoritas tulisan berbentuk esai.
Uniknya, ada pula respons atas situasi politik yang dituliskan Denny dalam bentuk puisi dan cerpen. Buku ini diberi judul: Merenungkan Pemilu Presiden.
Keempat, buku yang menurut Denny JA, pemilu presiden seharusnya juga menjadi panggung pertarungan gagasan.
Denny menuliskan esai soal NKRI Bersyariah atau Ruang Publik Yang Manusiawi. Denny merespons gagasan yang diusung Reuni 212.
"Negara di dunia barat lebih islami dibandingkan negara Islam di Timur Tengah. Saya memberikan data yang sudah dimapankan dalam Islamicity Index," imbuhnya.
Dia mengatakan apa yang Islami itu sebenarnya juga apa yang manusiawi. Substansi lebih penting ketimbang label.
Menurutnya, semua negara Eropa yang lebih islami menerapkan demokrasi dan hak asasi manusia, bukan sistem dengan syariat agama.
Esai Denny JA mendapatkan respons hangat dari 21 pakar. Antara lain Yusril Ihza Mahendra, Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Nursyahbani Katjasungkana, sejarahwan LIPI Asvi Warman Adam.
Buku keempat itu diberi judul: NKRI Bersyariah atau Ruang Publik Yang Manusiawi. Judul esai Denny JA dijadikan judul buku.
Di samping dalam bentuk buku, Denny JA dan LSI juga merekam dinamika opini publik pemilu presiden 2019 dalam bentuk video di YouTube.
Empat pengantar diskusi Denny JA soal pemilu presiden di Youtube menjadi viral, dengan view sekitar 1 juta.
Dalam Youtube itu, ada sesi Denny JA menjelaskan bahwa dari hasil survei, publik menginginkan lahirnya pemerintahan yang kuat untuk menumbuhkan ekonomi. isu Persatuan Indonesia harus dihidupkan kembali. Pilpres 2019 cukup membelah masyarakat.
"Saya sungguh beruntung ikut menjadi saksi dan terlibat memenangkan capres empat kali berturut-turut: 2004, 2009, 2014, dan 2019. Memang Pilpres 2019 yang paling membelah. Karena itu dinamika pilpres 2019 layak diabadikan dalam empat buku, untuk menjadi pelajaran generasi mendatang," pungkas Denny JA. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duarrrr! Terdengar Bunyi Ledakan di Dekat Gedung Kemenko Polhukam
Redaktur & Reporter : Natalia