GRESIK - Krisis finansial yang membelit Gresik United (GU) semakin parah. Setelah sebelumnya membuat GU tidak bisa menggelar pertandingan menghadapi Persewangi Banyuwangi, Sabtu kemarin (7/4), krisis tersebut kini mulai menghantui para penggawanya.
Sebab, krisis tersebut membuat para penggawa GU terancam tidak gajian. Bukan hanya bulan ini, melainkan gaji selama empat bulan kemungkinan besar tidak akan bisa dibayarkan dengan adanya krisis tersebut. Tertunggaknya gaji tersebut terjadi sejak di awal terbentuknya GU, 16 Desember silam.
"Sampai sekarang pun kami masih belum pernah diajak bicara oleh pihak manajemen terkait kelangsungan tim ini berikutnya. Mau bubar atau tidak saja kami belum tahu," ujar salah seorang penggawa GU yang enggan namanya dikorankan kepada Jawa Pos, Minggu (8/4).
Di awal pembentukan tim, Fadli Sanusi dkk memang sudah mendapatkan guyuran uang muka sebesar 25 persen dari nilai kontrak yang disepakati. Walaupun hingga dua bulan berikutnya pembayaran gaji belum dilakukan manajemen, para pemain GU masih bisa menerima kas bon terlebih dahulu dari manajemen.
Namun, setelah itu kondisi keuangan klub berjuluk Laskar Giri tersebut menjadi semakin suram. Total pemain GU yang banyaknya mencapai 30 orang itu tidak mendapatkan gaji ataupun kas bon dari manajemen. Hingga bulan ini, gaji pemain belum juga dibayarkan.
Pemain tersebut mengaku sudah pasrah dengan keadaan ini. Mau pindah klub juga masih menghormati kontrak di GU, tapi tetap bertahan pun anak istri juga mau diberi makan dengan uang dari mana. "Kami hanya bisa menunggu dan berdoa kapan gaji kami bisa dicairkan," ungkap pemain tersebut.
Meski demikian, dia masih menghargai jerih payah pihak manajemen yang sudah berupaya mencari anggaran talangan. "Saya yakin mereka sudah berusaha maksimal. Sekarang kami hanya menunggu bagaimana sikap PSSI atau penyelenggara kompetisi ini jika melihat kejadian yang menimpa kami," beber pemain tersebut.
Hingga saat ini, memang belum ada kabar pasti terkait solusi mengatasi persoalan anggaran yang membelit klub itu. Hanya, kabarnya persoalan tersebut akan menemui titik terang dalam pertemuan klub-klub Indonesia Premier League (IPL) dan Divisi Utama PSSI, 11-13 April nanti.
"Di situ mungkin saja akan dibahas tentang masalah keuangan ini juga. Setelahnya baru kami bisa tahu bagaimana upaya berikutnya," tutur asisten pelatih GU Zaenal Abidin.
Zaenal pun berharap pihak PSSI bisa tetap memperjuangkan kelangsungan klub-klub seperti GU. "Dengan didominasi pemain-pemain putra daerah, sangat disayangkan kalau tim ini dibubarkan. Kalau bisa ya diteruskan saja bagaimana nanti caranya. Sekarang kan sudah tidak pakai APBD lagi," imbuh mantan asisten pelatih GU musim lalu itu.
Terpisah, CEO GU Ali Mukhid mengelak tudingan bahwa pihaknya tidak serius dalam menjalankan klubnya. Persoalan yang menjadi musuh terbesar mereka hanyalah masalah pendanaan. "Hanya kami sudah tidak kuat lagi membiayai atau menalangi pengeluaran klub ini. Kalaupun ada, pasti kami tetap menjalankannya," jelas Ali. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zeleny Belum Memuaskan
Redaktur : Tim Redaksi