jpnn.com, PONOROGO - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTTP) COVID-19 Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengonfirmasi adanya sebanyak 15 kasus baru dalam kurun empat hari terakhir berdasar hasil tes usap (swab) engan hasil positif virus corona jenis baru penyebab COVID-19.
"Pertambahan 15 kasus baru dalam kurun hanya empat hari ini menunjukkan penularan virus ini sangat cepat dan berbahaya," kata Ketua GTTP COVID-19 Kabupaten Ponorogo Ipong Muchlisoni dalam pernyataan di Ponorogo, Sabtu malam.
BACA JUGA: Mardani: Kalau Sepekan Tidak Ada Kabar, Berarti Jokowi Omdo
Ia menjelaskan bahwa empat dari 15 kasus COVID-19 baru itu terkonfirmasi akhir pekan ini.
Mereka adalah perempuan 29 tahun asal Kecamatan Badegan, laki-laki 35 tahun asal Ngebel, pemuda 25 tahun asal Sukorejo dan seorang manula perempuan usia 84 tahun asal Kecamatan Siman.
BACA JUGA: Update Corona 4 Juli: Pertambahan Kasus Meningkat, Jawa Timur Tertinggi
Disebutkannya bahwa keempatnya berstatus OTG (orang tanpa gejala). Karena tidak ada keluhan sakit mereka kini menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan ketat tim kesehatan di masing-masing puskesmas.
"Saat ini terus dilakukan 'tracing' (penelusuran) dan tes terhadap seluruh kontak erat pasien terkonfirmasi positif itu. Cepatnya penularan penyakit ini harus diimbangi dengan cepatnya upaya 'tracing', pengetesan dan pengobatan untuk memutus rantai penularan," katanya
BACA JUGA: Usai Hadiri Pernikahan, Seorang ASN Positif Corona Meninggal Dunia
Ia menjelaskan di Ponorogo jumlah akumulasi kasus konfirmasi positif COVID19 hingga saat ini tercatat berjumlah 54 orang, dengan 32 di antaranya sembuh, sementara 19 pasien sisanya menjalani isolasi mandiri dan sebagian di rawat di rumah sakit.
Pihaknya mengingatkan agar masyarakat lebih waspada dan patuh terhadap protokol kesehatan.
"Kepada seluruh warga Ponorogo, utamanya Satgas COVID19 yang ada di desa/kelurahan, saya harapkan untuk lebih ketat dalam memantau setiap orang di wilayahnya yang terindikasi melakukan isolasi mandiri. Bila perlu fungsikan fasilitas isolasi mandiri desa, jika kondisi di rumah tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri," ujarnya.
Warga juga diingatkan bahwa yang dihadapi saat ini adalah krisis kesehatan sehingga tidak hanya pemerintah, semua orang harus turut berperan serta dalam penanganan COVID-19 ini, demikian Ipong Muchlisoni. (antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan