Empat Pejabat Menyampaikan Kabar Baik

Jumat, 29 April 2016 – 07:54 WIB
Foto ilustrasi dok.Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA – Optimisme perbaikan ekonomi yang lebih cerah terus muncul dari berbagai pihak. 

Pertama, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo adalah salah satu yang paling yakin tahun ini pertumbuhan ekonomi bakal terus bangkit dan melaju dari keterpurukan

BACA JUGA: Wika Bagikan Deviden Rp 125 miliar

”Untuk tahun 2016, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh 5,2-5,6 persen dan terus berada dalam tren yang meningkat dalam jangka menengah,” ujarnya di sela acara peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2015 di Jakarta, Kamis (28/4).

Keyakinan tersebut dilandaasi oleh makin solidnya bauran kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural yang dijalankan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan terukur dalam sebuah kerangka koordinasi yang bersinergi. 

BACA JUGA: Inilah 16 Peraturan Baru untuk Penikmat Kebijakan Ekonomi

Agus sangat yakin perekonomian Indonesia ke depan akan tumbuh lebih kuat, berimbang, dan berkesinambungan.

Dia juga menekankan pentingnya reformasi struktural yang harus diimplementasikan secara konsisten. Hal itu, lanjutnya, diyakini dapat menjadi pendorong pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian.

BACA JUGA: Ini 10 Poin Menggiurkan di Paket Kebijakan Ekonomi XII

”Di sektor keuangan, reformasi struktural juga bertujuan untuk memperkuat fundamental ekonomi terkait terjaganya likuiditas. Sedangkan di sektor riil, reformasi struktural juga bertujuan untuk mendorong daya saing industri nasional. Paling tidak, keunggulan ada di dua bidang, yakni kemaritiman dan pariwisata,” jelasnya.

Kedua, Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menyampaikan optimisme serupa.

”Optimisme sektor swasta bangkit didorong percepatan anggaran pemerintah, sektor swasta optimismenya mulai bangkit sehingga perlu kredit. Dari situ bank mulai beri kredit,” tuturnya.

Namun, Mirza juga menekankan agar Indonesia tidak boleh terlena karena situasi ekonomi saat ini yang berangsur stabil. Sentimen-sentimen eksternal masih perlu diwaspadai memberikan pengaruh yang cukup besar pada perekonomian dalam negeri.

”Sekarang situasinya sudah jauh lebih stabil, tapi tetap kita tidak boleh terlena. Stabilnya karena suku bunga The Fed kenaikan keduanya mungkin tidak dalam waktu yang dekat. Sektor swasta masih menunggu apakah kestabilan ini permanen atau tidak,” jelasnya.

Ketiga, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi 2016 diproyeksi membaik, namun Indonesia masih harus mewaspadai pemulihan ekonomi global yang masih lamban. “Faktor eksternal sulit kita kontrol, jadi kita fokus benahi faktor internal,” ujarnya.

Karena itulah, reformasi ekonomi melalui deregulasi perizinan terus digalakkan untuk menggenjot investasi yang menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tingginya bunga perbankan yang selama ini menjadi salah satu penghambat ekspansi usaha, juga terus ditekan. 

“Makanya, kita benar-benar tekankan target single digit (suku bunga kredit korporasi) tahun ini,” katanya.

Keempat, Staf Khusus Wakil Presiden bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin menambahkan, berdasasr proyeksi Bank Indonesia (BI) maupun lembaga keuangan internasional, perekonomian Indonesia pada 2016 memang menunjukkan potensi pemulihan setelah beberapa tahun terakhir melambat. “Apalagi, data-data di awal tahun ini, semuanya menunjukkan optimisme," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, BI memproyeksi ekonomi Indonesia pada 2016 bakal tumbuh di kisaran 5,2 – 5,6 persen. Adapun Bank Dunia memproyeksi angka 5,1 persen dan International Monetary Fund (IMF) hanya 4,9 persen. 

Sementara pemerintah dalam APBN 2016 maupun Rancangan APBN Perubahan 2016 tetap mematok target 5,3 persen. Semuanya lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2015 yang hanya 4,79 persen. 

Menurut Wijayanto, beberapa indikator yang menunjukkan grafik peningkatan di awal tahun ini diantaranya adalah peningkatan setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN), naiknya konsumsi listrik, serta naiknya penjualan ritel.

Nah, karena konsumsi memegang porsi 60 persen dari ekonomi Indonesia, maka naiknya konsumsi bakal mendorong laju pertumbuhan ekonomi. "Itu salah satu alasan kita tetap optimistis," katanya. (dee/owi/ken/wir/gen/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BUMN Rusia Tertarik Garap Kilang Tuban


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler