JAKARTA - Ibu Kota kemarin lumpuh. Hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (17/1) dini hari menimbulkan banjir di berbagai wilayah. Kondisi itu diperburuk dengan meningkatnya debit air di Kali Ciliwung yang meningkat drastis akibat hujan deras di kawasan Puncak, Bogor, Rabu (16/1).
Hujan yang awet mengguyur Jakarta hingga sore hari itu menyebabkan beberapa point of interest terendam banjir. Mulai Istana Negara, ikon Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H Thamrin, Jalan Sudirman, kawasan Kampung Melayu, Grogol, hingga Rutan KPK juga ikut terendam air.
Pantauan di lapangan, tinggi air yang merendam kawasan tersebut beragam. Namun, rata-rata memiliki ketinggian minimal 40 centimeter. Malah, di salah satu sudut Kampung Melayu, titik terdalamnya mencapai 4 meter. Banjir juga membuat berbagai kereta api tidak beroperasi, berbagai kendaraan rusak dan menambah simpul kemacetan.
Makin menambah duka, karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan adanya korban meninggal akibat musibah itu. Data sementara, yang terdeteksi ada enam korban meninggal dunia. "Korban meninggal ini terhitung sejak Selasa (15/1)," ujar Kepala Pusat Data dan Humas BPNB, Sutopo Purwo Nugroho.
Keenam korban meninggal itu adalah adalah; Angga, 13, warga Tanjung Duren Utara; Mak Inah, 82, warga Kampung Pulo; Mujiyo, 46, warga Kedaung Kaliangke; M. Haikal, 2, warga Kedaung Kaliangke; Solahuddin, 35, warga Kalibata Pulo, dan Masuriyah, 50, warga Warakas, Tanjung Priok. Khusus untuk Masuriyah, dia baru meninggal kemarin sore karena kesetrum.
Lebih lanjut Sutopo merinci data yang dimilikinya. Banjir yang menggenangi wilayah pimpinan Joko Widodo itu telah menggenangi 500 RT, 203 RW dari 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan. "Jumlah penduduk yang terendam mencapai 25.276 KK atau 94.624 orang," imbuhnya.
Namun, dari jumlah tersebut tidak semuanya diungsikan. Evakuasi hanya dilakukan untuk warga yang masuk kategori parah dan huniannya tidak bisa digunakan lagi. Seperti di Kampung Melayu yang airnya mencapai tinggi orang dewasa. Jika dikalkulasi, total pengungsi sementara hingga berita ini ditulis adalah15.447 jiwa.
Sutopo menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat Jakarta terendam selain hujan yang mengguyur dengan derasnya. Salah satu faktornya adalah kisah lama, yakni banjir kiriman dari Bogor. Apalagi di Puncak pada Rabu pagi dan siang hujan deras dan membuat debit sungai Ciliwung hulu naik drastis.
Saat itu, pada siang hari sekitar pukul 11.00 saja tinggi muka air Bendung Katulampa mencapai 70 cm atau siaga 3. Satu jam kemudian, naik menjadi 170 cm yang berarti siaga 2. Hal itu berpengaruh pada lokasi banjir Jakarta terutama daerah Ciliwung hilir yang sudah banjir sejak Selasa.
Banjir makin bertahan pada Kamis kemarin karena di Depok pada Rabu malamnya, tinggi muka air mencapai 280 cm atau siaga 2. Hal itu membuat tinggi muka air di Manggarai masih 920 cm (siaga 2). Angka itu cukup riskan, karena kurang 40 cm menyentuh batas siaga 1.
"Batas kategori Siaga 1 adalah 950 cm. Saat air dari Depok sampai Jakarta, beberapa tempat akan mengalami kenaikan tinggi banjirnya kembali," jelasnya. Air dari Depok sendiri butuh waktu perjalanan sekitar 6 sampai 7 jam. Kekhawatiran itu akhirnya terwujud, banjir makin meluas.
Saat banjir terjadi, tinggi muka air sungai Ciliwung di Manggarai 930 cm. Sedangkan sunga lainnya adalah, Katulampa 80 cm (Siaga 4), Depok 215 cm, Angke Hulu 300 cm (siaga 3), Pesanggrahan 125 cm (siaga 2), Krukut Hulu 150 cm (siaga 4), Cipinang Hulu 160 cm (siaga 4), Sunter Hulu 90 cm (siaga 3), Karet 710 cm (siaga 4), Pulogadung 710 cm (siaga 1), hingga Pasar ikan 175 cm (siaga 1).
Nah, tingginya muka air di air Pasar Ikan berakibat pada tersendatnya aliran sungai ke laut. Kondisi itu diperparah dengan padamnya aliran listrik disejumlah lokasi. Pompa air drainase sendiri menjadi tidak bisa beroperasi. "Hal tersebut memicu tingginya genangan di sejumlah jalan dan pemukiman," jelasnya.
Terpisah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memantau perkembangan bencana banjir yang menenggelamkan DKI Jakarta dan sekitarnya. Mereka meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengantisipasi ancaman tujuh penyakit menular pascabencana banjir.
Imbauan tujuh penyakit menular ini disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama. Dia mengatakan jika penyakit menular itu adalah, diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.
"Selain itu juga penyakit gangguan sistem pencernaan lainnya dan penyakit kronik yang telah diderita sebelum banjir melanda Jakarta," tandas Tjandra.
Dari seluruh ancaman penyakit itu, Tjandra mengaakan ancaman serius yakni diare, demam berdarah, dan leptospirosis. Khusus soal diare, Tjandra mengatakan potensinya meningkat karena umumnya selama dan setelah banjir mereda pasokan air bersih sangat minim.
Selanjutnya untuk ancaman penyakit demam berdarah bisa muncul setelah banjir mulai susut. Biasanya setelah banjir susut, banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti penyebar penyakit demam berdarah. "Setelah banjir surut, harus segera digalakkan 3 M," ucap Tjandra.
Terakhir terkait keberadaan wabah leptospirosis. Tjandra menuturkan penyakit ini ditimbulkan oleh bakteri leptospira. Penyakit ini masuk kategori zoonosis, karena ditularkan melalui perantara hewan. Di Indonesia hewan perantara penyakit ini adalah tikus. Sebagaimana di ketahui, keberadaan tikus di Jakarta lumayan banyak terutama tikus got.
Sementara itu persiapan gerakan tanggap darurat juga disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mendikbud Mohammad Nuh kemarin bersama Presiden SBY menaiki perahu menyusuri sejumlah titik kawasan banjir.
Dalam kesempatan ini Nuh secara khusus memeriksa kondisi sekolah yang berada di lokasi banjir. "Alhamdulilah belum ada (kerusakan, red) yang terlalu serius," tandasnya. Tetapi menteri asal Surabaya itu berujar akan terus memantau perkembangan bencana banjir di Jakarta.
Dia mengatakan jika kepastian apakah ada sekolah yang rusak akibat banjir baru diketahui ketika banjir sudah surut. Untuk penanganan ini, Nuh akan melibatkan Pemprov DKI Jakarta. Terkait dengan jam operasional sekolah, Nuh memasrahkan ke Pemprov DKI Jakarta. Dia mengatakan dalam kondisi seperti ini, keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama. (dim/wan)
Hujan yang awet mengguyur Jakarta hingga sore hari itu menyebabkan beberapa point of interest terendam banjir. Mulai Istana Negara, ikon Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H Thamrin, Jalan Sudirman, kawasan Kampung Melayu, Grogol, hingga Rutan KPK juga ikut terendam air.
Pantauan di lapangan, tinggi air yang merendam kawasan tersebut beragam. Namun, rata-rata memiliki ketinggian minimal 40 centimeter. Malah, di salah satu sudut Kampung Melayu, titik terdalamnya mencapai 4 meter. Banjir juga membuat berbagai kereta api tidak beroperasi, berbagai kendaraan rusak dan menambah simpul kemacetan.
Makin menambah duka, karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan adanya korban meninggal akibat musibah itu. Data sementara, yang terdeteksi ada enam korban meninggal dunia. "Korban meninggal ini terhitung sejak Selasa (15/1)," ujar Kepala Pusat Data dan Humas BPNB, Sutopo Purwo Nugroho.
Keenam korban meninggal itu adalah adalah; Angga, 13, warga Tanjung Duren Utara; Mak Inah, 82, warga Kampung Pulo; Mujiyo, 46, warga Kedaung Kaliangke; M. Haikal, 2, warga Kedaung Kaliangke; Solahuddin, 35, warga Kalibata Pulo, dan Masuriyah, 50, warga Warakas, Tanjung Priok. Khusus untuk Masuriyah, dia baru meninggal kemarin sore karena kesetrum.
Lebih lanjut Sutopo merinci data yang dimilikinya. Banjir yang menggenangi wilayah pimpinan Joko Widodo itu telah menggenangi 500 RT, 203 RW dari 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan. "Jumlah penduduk yang terendam mencapai 25.276 KK atau 94.624 orang," imbuhnya.
Namun, dari jumlah tersebut tidak semuanya diungsikan. Evakuasi hanya dilakukan untuk warga yang masuk kategori parah dan huniannya tidak bisa digunakan lagi. Seperti di Kampung Melayu yang airnya mencapai tinggi orang dewasa. Jika dikalkulasi, total pengungsi sementara hingga berita ini ditulis adalah15.447 jiwa.
Sutopo menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat Jakarta terendam selain hujan yang mengguyur dengan derasnya. Salah satu faktornya adalah kisah lama, yakni banjir kiriman dari Bogor. Apalagi di Puncak pada Rabu pagi dan siang hujan deras dan membuat debit sungai Ciliwung hulu naik drastis.
Saat itu, pada siang hari sekitar pukul 11.00 saja tinggi muka air Bendung Katulampa mencapai 70 cm atau siaga 3. Satu jam kemudian, naik menjadi 170 cm yang berarti siaga 2. Hal itu berpengaruh pada lokasi banjir Jakarta terutama daerah Ciliwung hilir yang sudah banjir sejak Selasa.
Banjir makin bertahan pada Kamis kemarin karena di Depok pada Rabu malamnya, tinggi muka air mencapai 280 cm atau siaga 2. Hal itu membuat tinggi muka air di Manggarai masih 920 cm (siaga 2). Angka itu cukup riskan, karena kurang 40 cm menyentuh batas siaga 1.
"Batas kategori Siaga 1 adalah 950 cm. Saat air dari Depok sampai Jakarta, beberapa tempat akan mengalami kenaikan tinggi banjirnya kembali," jelasnya. Air dari Depok sendiri butuh waktu perjalanan sekitar 6 sampai 7 jam. Kekhawatiran itu akhirnya terwujud, banjir makin meluas.
Saat banjir terjadi, tinggi muka air sungai Ciliwung di Manggarai 930 cm. Sedangkan sunga lainnya adalah, Katulampa 80 cm (Siaga 4), Depok 215 cm, Angke Hulu 300 cm (siaga 3), Pesanggrahan 125 cm (siaga 2), Krukut Hulu 150 cm (siaga 4), Cipinang Hulu 160 cm (siaga 4), Sunter Hulu 90 cm (siaga 3), Karet 710 cm (siaga 4), Pulogadung 710 cm (siaga 1), hingga Pasar ikan 175 cm (siaga 1).
Nah, tingginya muka air di air Pasar Ikan berakibat pada tersendatnya aliran sungai ke laut. Kondisi itu diperparah dengan padamnya aliran listrik disejumlah lokasi. Pompa air drainase sendiri menjadi tidak bisa beroperasi. "Hal tersebut memicu tingginya genangan di sejumlah jalan dan pemukiman," jelasnya.
Terpisah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memantau perkembangan bencana banjir yang menenggelamkan DKI Jakarta dan sekitarnya. Mereka meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengantisipasi ancaman tujuh penyakit menular pascabencana banjir.
Imbauan tujuh penyakit menular ini disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama. Dia mengatakan jika penyakit menular itu adalah, diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.
"Selain itu juga penyakit gangguan sistem pencernaan lainnya dan penyakit kronik yang telah diderita sebelum banjir melanda Jakarta," tandas Tjandra.
Dari seluruh ancaman penyakit itu, Tjandra mengaakan ancaman serius yakni diare, demam berdarah, dan leptospirosis. Khusus soal diare, Tjandra mengatakan potensinya meningkat karena umumnya selama dan setelah banjir mereda pasokan air bersih sangat minim.
Selanjutnya untuk ancaman penyakit demam berdarah bisa muncul setelah banjir mulai susut. Biasanya setelah banjir susut, banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti penyebar penyakit demam berdarah. "Setelah banjir surut, harus segera digalakkan 3 M," ucap Tjandra.
Terakhir terkait keberadaan wabah leptospirosis. Tjandra menuturkan penyakit ini ditimbulkan oleh bakteri leptospira. Penyakit ini masuk kategori zoonosis, karena ditularkan melalui perantara hewan. Di Indonesia hewan perantara penyakit ini adalah tikus. Sebagaimana di ketahui, keberadaan tikus di Jakarta lumayan banyak terutama tikus got.
Sementara itu persiapan gerakan tanggap darurat juga disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mendikbud Mohammad Nuh kemarin bersama Presiden SBY menaiki perahu menyusuri sejumlah titik kawasan banjir.
Dalam kesempatan ini Nuh secara khusus memeriksa kondisi sekolah yang berada di lokasi banjir. "Alhamdulilah belum ada (kerusakan, red) yang terlalu serius," tandasnya. Tetapi menteri asal Surabaya itu berujar akan terus memantau perkembangan bencana banjir di Jakarta.
Dia mengatakan jika kepastian apakah ada sekolah yang rusak akibat banjir baru diketahui ketika banjir sudah surut. Untuk penanganan ini, Nuh akan melibatkan Pemprov DKI Jakarta. Terkait dengan jam operasional sekolah, Nuh memasrahkan ke Pemprov DKI Jakarta. Dia mengatakan dalam kondisi seperti ini, keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama. (dim/wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengungsi Banjir di Rawa Jati Butuh Selimut
Redaktur : Tim Redaksi