jpnn.com, PAPUA - Hidroponik adalah salah satu cara untuk melakukan budidaya tanaman. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan bisa dibudidayakan dengan menggunakan metode ini.
Ramainya cara ini sehingga memudahkan kerja tenaga manusia. Terlebih bagi penduduk dengan kemampuan dasar.
BACA JUGA: Manfaatkan Hidroponik hingga Panel Surya, Desa Wisata Danau Shuji Kini Lebih Mandiri
Sebab, metode hidroponik sangat mudah dilakukan. Namun, harus benar-benar memahami cara penggunaannya.
Rata-rata hal ini dilakukan warga atau penduduk yang ingin bertani namun secara kebutuhan misalkan lokasi tempat lahan sangat terbatas. Baik di pedesaan, pesisir bahkan sampai di bilangan pinggiran kota.
BACA JUGA: Sukarelawan Sandi Buka Peluang Usaha Lewat Hidroponik Bagi Ratusan Warga Jaktim
Padahal hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, biasanya dikerjakan dalam ruang kaca dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara.
Contoh akhir-akhir ini dilakukan oleh salah seorang wanita bernama Engelin Yolanda Kardinal di pulau Doom, Sorong Kepulauan, Provinsi Papua Barat Daya.
BACA JUGA: Dari Keisengan Masa Pandemi, Pasutri di Palembang Sukses Bisnis Hidroponik
Tak lain adalah tempat eks Vice President salah satu divisi perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia ini dilahirkan.
"Saya pensiun setelah 36 tahun bekerja di Garuda Indonesia. Nah, untuk mengisi hari-hari sekarang di tempat inilah (Pulau Doom) saya menghabiskan waktu, tetapi harus pulang pergi ke Jakarta karena keluarga juga di sana. Istilahnya ya saatnya pulang membangun tempat lahir saya," ungkapnya saat bincang-bincang.
Lantas apa hubungannya dengan hidroponik? Rupanya Engelin tidak pulang dengan tangan kosong, justru ia membawa metode hidroponik untuk diperkenalkan ke seluruh warga Pulau Doom, sebagai solusi bertani yang mudah dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Terutama bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan sehingga mengurangi angka pengangguran.
Metode ini tidak menggunakan media tanam tanah namun diganti dengan menggunakan media air yang mengandung nutrisi serta mineral tertentu untuk menjadi media tanam. Kemudahan itulah bagi Engelin bisa dimanfaatkan oleh warga Doom.
"Dan, setelah mereka pelajari langsung kita action dan sudah ada beberapa hasil yang sangat bagus dan mereka puas," ucapnya seraya menyampaikan bahwa kegiatan ini juga bersifat sosial.
Apalagi di antara warga yang melakukannya sebagian anak dan remaja sekolah minggu yang turut membantu memindahkan bibit ke netpot, merapihkan pipa air dan menjaga lingkungan tetap bersih.
Tujuannya, bagi Engelin mereka yang akan merasakan dampak positifnya, selain ilmu bertani praktis biaya hasil panen lainnya digunakan untuk kegiatan atau program sekolah minggu. Sekedar informasi sekolah minggu ialah berlaku bagi anak-anak kristiani di tempat ibadah atau gereja.
Bahkan, belum lama ini hasil panen warga Doom sudah menuai hasil. Dan, mulai dilirik para pegusaha di sekitar wilayah Papua Barat Daya terutama berpotensi untuk pegusaha di bidang perhotelan, restoran, supermarket, katering, resort dan kapal pesiar.
"Kemungkinan hasilnya nanti ada potensi kerjasama dengan beberapa pengusaha di bidang yang berkaitan sesuai kebutuhan. Cuma sementara masih di wilayah Sorong dulu, setelah itu kita bisa merambah ke daerah lain di tanah Papua. Karena yang sudah mulai lirik lumayan banyak," ungkapnya.
Engelin sendiri membawa hidroponik ke tanah kelahirannya selain misi sosial, baginya menanam dengan teknik tersebut merupakan cara yang ramah lingkungan. Sebab, prosesnya menggunakan bahan-bahan alam dan tidak menggunakan pestisida secara berlebihan.
"Proses yang organik, maka sayur dan buah hasil budidaya hidroponik ini cenderung lebih sehat loh, dan tentunya sangat baik untuk di konsumsi," ucapnya.
Kepulangan Engelin sendiri tak sekedar untuk hodroponik, tetapi ada kegiatan menarik lainnya yang dilakukan.
Belum lama ini ia memberi kado natal terindah bagi masyatakat kristiani di pulau Doom sekaligus mengangkat nama provinsi yang belum lama berganti nama Papua Barat Daya, yang sebelumnya bernama Papua Barat.
Yaitu menginisiasi pembuatan pohon Natal dengan bahan baku kulit kerang sebanyak 16.000 keping dan dikerjakan selama 12 hari dengan melibatkan pemuda gereja, majelis jemaat, pengasuh dan anak sekolah minggu serta TNI AD dan Pemprov Papua Barat Daya.
Pohon natal ini menorehkan rekor MURI sebagai pohon Natal hiasan kulit kerang pertama dan terbanyak di Indonesia.(ray/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean