jpnn.com, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terus berupaya membungkam suara-suara yang bertentangan dengan dirinya. Terbaru, dia melontarkan wacana mencabut izin para pengacara yang terbukti memiliki afiliasi dengan kelompok teroris.
Pernyataan itu ia keluarkan setelah serangkaian protes muncul atas kematian seorang pengacara yang mogok makan pekan lalu.
Pengacara tersebut, Ebru Timtik, meninggal di rumah sakit Istanbul setelah mogok makan selama 238 hari. Tahun lalu, dia dijatuhi hukuman karena dianggap menjadi anggota organisasi teroris.
BACA JUGA: Turki Makin Songong di Laut Mediterania Timur, Simak Pernyataan Terbaru Erdogan Ini
Timtik adalah anggota Asosiasi Pengacara Kontemporer (CHD), kelompok berhaluan kiri yang dituduh memiliki hubungan dekat dengan Front Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C), sebuah organisasi Marxis yang dilarang di Turki.
"Kita harus membahas apakah metode seperti pengusiran dari profesi harus diterapkan pada pengacara," kata Erdogan kepada para hakim dan jaksa dalam sebuah upacara di Ankara, Selasa (1/8).
BACA JUGA: Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Romawi Jadi Masjid
"Sama seperti pencuri tidak boleh diminta untuk membela pencuri, pengacara yang membela teroris seharusnya jangan teroris juga," ujar dia.
Erdogan mendukung perubahan terhadap struktur asosiasi pengacara Turki yang berlaku baru-baru ini. Perubahan tersebut mengizinkan lebih dari satu asosiasi profesi dibentuk di setiap provinsi.
BACA JUGA: Ada Kandidat Anti-Erdogan di Pilpres AS, Turki Sewot
Selama ini, banyak pengacara di Turki memiliki sikap kritis terhadap Erdogan. Terang saja, kebijakan yang berpotensi memecah belah kalangan advokat itu disambut sang presiden.
Tak berhenti di situ, Erdogan juga berencana terus mereformasi asosiasi pengacara. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil