jpnn.com, SURABAYA - Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tak ingin ketimpangan antara sekolah negeri dan swasta di Kota Pahlawan makin melebar.
Eri pun mengatakan, selama masa kepemimpinannya nanti, sekolah-sekolah swasta akan menjadi prioritas.
BACA JUGA: Ketua Kadin: Eri Cahyadi Paham Tantangan dan Solusi Untuk Kota Surabaya
Tak ada pilih kasih antara negeri dan swasta, karena semua siswanya adalah anak-anak Kota Surabaya juga.
“Anak-anak yang sedang bersekolah saat ini adalah masa depan Surabaya. Maka pemisahan antara negeri dan swasta hanya akan mengakibatkan ketimpangan kualitas SDM Surabaya di masa depan. Maka kami akan antisipasi jangan sampai itu terjadi,” kata Eri Cahyadi saat bertemu kepala sekolah SMP swasta se-Surabaya di Nur Pacific, Jl Adityawarman, Jumat (9/10).
BACA JUGA: Tak Mau Ada Persekusi Media, Eri Cahyadi Berkomitmen Majukan Kebebasan Pers Surabaya
Eri mengatakan, saat dia masih menjabat kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, dia sudah merintis pemberian tunjangan untuk guru-guru swasta yang belum menerima tunjangan profesi dari pemerintah pusat.
Dengan minimal dua tahun menjalani profesi sebagai guru, Pemkot Surabaya berencana memberi senilai Rp 2 juta per tahun.
BACA JUGA: Ini Program Inovatif Eri Cahyadi Buat Ojek Online di Surabaya
“Kualitas guru juga harus disamakan antara negeri dan swasta, ada sertifikasi. Namun, para guru juga harus mudah mengurusi semuanya, berkas dan lain-lain. Nantinya akan ada aplikasi khusus untuk itu. Kalau kualitas guru naik, pasti tunjangan meningkat," tambahnya.
Eri melanjutkan, mekanismenya ialah dengan menambah Bopda alias Bantuan Operasional Pendidikan Daerah.
Dengan penambahan Bopda, Pemkot Surabaya akan mampu mensubsidi sekolah swasta. Tak hanya pada SDM, tetapi juga kepada fasilitas belajar mengajar.
“Jadi misalnya ada butuh bantuan komputer, lab, biar sekolahnya makin berkualitas, sekolah swasta per area bisa kumpul, menentukan sekolah mana yang diprioritaskan mendapat bantuan terlebih dulu," kata Eri.
"Nantinya pasti akan merata. Jangan sampai sekolah negeri punya komputer, yang swasta tidak. Swasta tak boleh dianaktirikan, harus imbang," imbuhnya.
Eri Cahyadi juga mendorong sistem baru pemberian beasiswa dengan skema anak asuh dengan orang tua asuh dari kalangan pengusaha.
Setiap pengusaha Surabaya minimal memiliki lima anak asuh. Dengan jumlah pengusaha di Kota Pahlawan yang begitu banyak, kata Eri, tidak akan ada lagi anak putus sekolah.
Sementara itu salah satu perwakilan guru dari SMP Dharma Wanita Surabaya Galuh Sukarno menyatakan, visi dan misi Eri mampu menyentuh hati para guru di Surabaya.
Ini karena visi misi Eri tak hanya berputar pada janji-janji, tetapi sebagian besar sudah dilakukan dan dirintis Eri saat membantu Risma di Pemkot Surabaya.
"Yang diharapkan para guru adalah kemudahan, kelayakan, dan kesejahteraan hidup. Pak Eri peduli profesi kami, bisa jadi fasilitator, penengah, dan tak ragu memberi bantuan. Pak Eri tak pernah pilih kasih. Karena menurutnya semuanya sama, untuk kemajuan pendidikan Surabaya," pungkasnya. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek