Erick Thohir Bantah Pemindahan Ibu Kota Pengalihan Isu

Rabu, 01 Mei 2019 – 18:54 WIB
Ketua TKN Jokowi - Ma'ruf, Erick Thohir bicara mengenai wacana pemindahan ibu kota. Foto: Boy/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin atau TKN Jokowi - Ma'ruf, Erick Thohir menepis tudingan bahwa rencana Presiden Jokowi memindahkan ibu kota dari Jakarta ke luar pulau Jawa hanya untuk pengalihan isu.

"Kalau dibilang pengalihan isu, tidaklah. Masalah (pemindahan) ibu kota ini sudah dibicarakan jauh-jauh hari," kata Erick usai nonton bareng film "Avengers: Endgame" bersama TKN dan relawan Jokowi - Ma'ruf di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/5).

BACA JUGA: TKN Jokowi Anggap Remeh Ijtimak Ulama III

Erick menilai pemindahan ibu kota sangat bagus. Dia mendukung pemindahan ibu kota. Pengusaha di berbagai bidang usaha itu menegaskan bahwa ide pengalihan ibu kota bukan baru diwacanakan sekarang. Erick justru meyakini pemindahan ibu kota itu akan diputuskan sekarang.

"Pembangunannya perlu 15 tahun sampai 20 tahun ke depan, tentu (oleh) presiden ke depan yang menjadi satu kesatuan pembangunan," katanya.

BACA JUGA: Ingat, Presiden Jokowi Lanjutkan Rencana Pak SBY soal Pemindahan Ibu Kota

BACA JUGA: Gerindra Tuding Wacana Pemindahan Ibu Kota Hanya Pengalihan Isu

Menurut Erick, meskipun dalam 15 tahun sampai 20 tahun ke depan presiden berganti-ganti, tetapi cetak biru sebuah bangsa tidak boleh berubah. "Itu yang kami lihat banyak juga di negara-negara lain," katanya.

BACA JUGA: Makna Avengers: Endgame bagi Erick Thohir

Dia menambahkan, di Jepang baru saja terjadi pergantian raja. Sudah pasti pemikiran raja baru ingin memajukan, bukan membuat Jepang menjadi negara mundur.

"Jepang berkompetisi dengan Korea, Tiongkok, apalagi kita juga ke depan harus berkompetisi dengan Jepang. Kita tidak bisa hanya kompetisi dalam negeri, tetapi juga mesti berpikir ke depan," jelasnya.

Erick tidak setuju kalau masing-masing presiden tidak memikirkan cetak biru masa depan bangsanya. Erick mengatakan, sesuatu yang sudah dilakukan dengan baik oleh presiden-presiden sebelumnya harus diakui. "Zaman Pak Harto ada yang namanya repelita (rencana pembangunan lima tahun). Apakah repelita salah? Tidak, itu harus kembali kita sama-sama akui," jelasnya.

Erick menegaskan, tidak mungkin bangsa menjadi besar kalau tak mengingat sejarah-sejarah sebelumnya. "Kita tidak mungkin jadi bangsa besar kalau hanya melihat pemimpin-pemimpin sebelumnya hanya (soal) keburukannya saja. Pasti banyak yang bagusnya," katanya.

Nah, Erick menegaskan, cetak biru bangsa harus disepakati bersama-sama. "Siapa pun presidennya, selama blueprint-nya bagus, kan jadi positif," ujar Erick. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Ingin Pindahkan Ibu Kota, Mahfud MD: Enggak Ngerti, Biar Saja


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler