jpnn.com, JAKARTA - Ketua BEM Republik Indonesia Muhamad Abdul Muhtar menanggapi ajakan Menteri BUMN Erick Thohir agar mahasiswa tidak hanya sibuk di pergerakan tetapi harus mampu mengisi peluang-peluang yang ada untuk menghadapi tantangan masa depan.
Menurut Abdul Muhtar, ucapan Erick Thohir tersebut bukan tanpa sebab.
BACA JUGA: Menpora Amali Mendorong Mahasiswa Jadi Pencipta Lapangan Kerja
Dia memaparkan potensi Indonesia untuk menjadi negara besar dan maju. Terlebih, pertumbuhan ekonomi di tanah air diproyeksi rata-rata 5 persen tahun 2045.
“Saya rasa sudah tepat apa yang dikatakan Erick Thohir mengenai hal tersebut,”kata Abdul Muhtar, Sabtu (9/7).
BACA JUGA: Erick Thohir Dinilai Beri Perhatian Besar pada Pertumbuhan Kompetensi Generasi Muda
Menurut dia, mahasiswa sebagai subjek pembangunan dan menjadi agen perubahan untuk bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab yang sangat besar.
Apa lagi bangsa kita memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah.
BACA JUGA: Erick Thohir Hadirkan Solusi, Tokoh Madura Siap Galang Suara
“Jadi, kita harus berpikir maju, saling berkolaborasi demi kemajuan bangsa Indonesia ke depan,” kata Abdul Muhtar.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan tantangan generasi saat sekarang tentu bukan sibuk di pergerakan, tetapi harus sibuk mengisi peluang-peluang yang ada dengan pendidikan, profesionalisme, dan juga sebagai pengusaha baru Indonesia.
"Jangan hanya sibuk pergerakan. Sudah waktunya hari ini kalian semua mengisi (berbuat),” kata Erick Thohir.
Erick menyampaikan hal itu saat kuliah umum bertajuk "Kolaborasi BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Generasi Digital di era Disrupsi" di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022).
Selain itu Erick Thohir juga menjelaskan tentang potensi ekonomi digital Indonesia (EDI) yang sangat besar karena saat ini, kontribusi EDI terhadap produk domestik bruto (gross domestic product/GDP) pada level 4 persen dan diproyeksikan menjadi 18 persen pada tahun 2030.
Menurut dia, Indonesia memerlukan 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi (tech-savvy).
"Universitas diharapkan dapat mendorong pengembangan pendidikan dalam memenuhi kebutuhan tersebut," kata Erick Thohir.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari