Eril dan Kaesang

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 14 Juni 2022 – 21:06 WIB
Kaesang Pangarep. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dua anak muda sedang menjadi sorotan dengan alasan yang berbeda. 

Emeril Mumtadz Khan, putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, merebut simpati publik nasional selama setengah bulan terakhir karena saga yang meliputi kematiannya yang tragis tetapi indah. 

BACA JUGA: Ibunda Eril: Izinkan Kami Memelukmu Lagi Nanti

Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo, menjadi perhatian sekalangan warganet beberapa hari terakhir ini karena ganti pacar.

Tidak pernah ada dua kehidupan yang sama. 

BACA JUGA: Produk Bergambar Kaesang Muncul di Garuda, Pihak Perusahaan Angkat Suara

Masing-masing manusia punya nasib sendiri-sendiri yang harus dijalani. 

Eril dan Kaesang sama-sama anak muda dengan berbagai romantika kehidupannya. 

BACA JUGA: KPK Harus Bijak Menangani Laporan Dugaan Kasus Gibran Rakabuming dan Kaesang

Dan pada akhirnya mereka semua akan menulis sejarahnya masing-masing dan membiarkan publik membaca dan mengambil pelajaran darinya.

Kematian Eril meng-capture imajinasi nasional. 

Betapa rindu publik terhadap keteladanan. 

Puluhan ribu orang, ana-anak, laki-laki, dan perempuan, tua dan muda berbaris di sepanjang jalan dari rumah duka di Bandung menuju area pemakaman keluarga di Cimaung. 

Ada poster, ada bendera yang dikibarkan, ada banyak warga yang menangis haru ketika iring-iringan jenazah lewat.

Belum pernah ada dalam sejarah republik ini pemakaman seorang anak pejabat mendapatkan perhatian sebesar ini.

Pemberitaan media konvensional dan media sosial selama setengah bulan terakhir begitu intensif, dan puncaknya terjadi pada upacara pemakaman Selasa (14/6). 

Publik digerakkan oleh kesadaran hati dan simpati terhadap perjalanan hidup seorang Eril.

Kematiannya menjadi saga dan drama internasional. 

Sungai Aare di Bern, Swiss yang biru, jernih, dan indah, selalu menarik minat siapa saja untuk mencoba merenanginya. 

Begitulah karakter sungai-sungai di Eropa, selalu terlihat indah dan menggoda, tetapi selalu menyimpan bahaya. 

Sungai-sungai Eropa lebar dan terlihat tenang di bagian atasnya, tetapi arus bawahnya berbahaya. 

Begitu juga karakter danau-danau di banyak negara Eropa, terlihat tenang dan datar seperti kaca hijau yang mulus, tetapi di bawahnya menyimpan bahaya yang bisa setiap saat mengancam nyawa.

Musim semi yang menjadi perantara menuju musim panas di Eropa selalu menjadi musim yang paling menyenangkan. 

Swiss adalah negara pegunungan yang puncak-puncaknya membeku sepanjang tahun. Sungai-sungai di Swiss merupakan tampungan dari lelehan glacier es yang berada di puncak-puncak gunung itu. 

Pada musim semi seperti sekarang permukaan air sungai terlihat jernih dan mulai hangat diterpa sinar matahari yang mulai mencerah, setelah beberapa bulan tenggelam terhalang oleh kabut musim dingin yang sering ekstrem.

Aliran sungai itu menggoda orang untuk menyentuh dan kemudian mencebur dan berenang di dalamnya.

Itulah yang dilakukan oleh Eril dan keluarganya. 

Dia ingin mencoba merenangi aliran sungai itu. 

Dia menghabiskan masa kecil dan remajanya di Bandung dan dia akrab dengan beberapa sungai di sekitar tempat tinggalnya.

Eril punya kemampuan renang yang terlatih. 

Dia juga punya brevet diving, olahraga menyelam dan berenang di kedalaman air. 

Dengan kualifikasi itu, Eril bisa menghitung kecepatan arus air dan tahu bagaimana bermanuver dalam deras arus air.

Akan tetapi, temperatur tubuh Eril yang terbiasa hidup dalam iklim tropis Indonesia yang hangat sepanjang tahun belum cukup beradaptasi dengan cuaca dingin Swiss yang nyaris membeku sepanjang musim dingin. 

Sinar matahari musim semi hanya mampu menghangatkan permukaan air. Pada kedalaman satu meter atau lebih matahari tidak mampu menembus untuk memberi kehangatan. 

Temperatur air yang dingin ini berpotensi menyebabkan kram kaki atau kram perut. Ketika seseorang terserang kram maka ia akan lumpuh dan tidak bisa menggerakkan anggota badan untuk berenang. 

Hal itu kemungkinan terjadi pada Eril. Dia sempat membawa sang adik menepi untuk menghindari arus besar. Beberapa detik kemudian badannya terseret arus. 

Dia melambai untuk membuat isyarat meminta tolong. Itulah komunikasi terakhir Eril dengan keluarganya.

Setelah itu, 14 hari yang panjang dan sunyi. 

Ridwan Kamil beberapa hari ikut bersama tim SAR menyusuri sungai dengan harapan untuk bisa menemukan Eril dalam keadaan selamat. 

Akan tetapi, hari berganti dengan lambat, dan pada hari kedelapan Ridwan Kamil memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Dia menyusuri pinggiran sungai untuk kali terakhir dengan harapan bisa menemukan jasad putranya.

Ridwan Kamil dan istri menyadari Eril harus diikhlaskan. Emil melakukan shalat ghaib untuk melepas sang putra.

Di bantaran sungai dia melantunkan azan dan memimpin salat. 

Selarik puisi, dia tulis dan dia gantungkan di sebuah pohon di tepi sungai. 

Dia menitipkan jasad anaknya kepada Sungai Aare yang indah dan mengharap sang anak bisa tenang di kedalamannya.

Rabu pagi (8/6), Geraldine Beldi, seorang perempuan guru SD yang sedang berjalan menuju tempatnya mengajar melongok ke sebuah benda yang mencurigakan bendungan Engehalde yang tiap hari dilewatinya. 

Dia curiga melihat sepotong tangan yang menyembul pada sebuah sudut dam.

Dia menelepon polisi yang segera mengirim tim ke lokasi dan menemukan jasad yang membeku dalam keadaan utuh.

Eril ditemukan membeku dalam pakaian yang dikenakannya ketika berenang. Drama penacarian yang menegangkan berakhir.

Ridwan Kamil terbang ke Swiss dan menyalami sang guru. 

Ucapan terima kasih tidak cukup untuk membalas jasa sang guru. Ridwan Kamil menitip pesan kepada sang guru setiap saat berkunjung ke Indonesia ia akan menjadi tamu kehormatan keluarga Ridwan Kamil.

Proses pemakaman Eril menjadi episode yang mengharu biru emosi publik.

Segala hal baik mengenai sikap Eril diceritakan oleh orang-orang yang mengenalnya.

Eril anak muda yang rendah hati dan suka membantu siapa saja tanpa membeda-bedakan kasta. 

Hidupnya yang baik membawa resonansi yang baik bagi sangat banyak orang. 

Puluhan ribu orang yang mengular di sepanjang jalan menuju kompleks pemakaman keluarga menjadi saksi hidup Eril yang pendek tetapi berarti. 

Masjid Al-Mumtadz yang didesain sendiri oleh Ridwan Kamil akan menjadi monument untuk mengenang hidup Eril.

Dunia internasional terenyuh oleh kepergian Eril. Kerajaan Arab Saudi secara khusus mengundang keluarga Ridwan Kamil untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini dan menjadi tamu istimewa Raja Arab Saudi. 

Atalia Praratya, Ibunda Eril, tidak bisa menahan isak meskipun sudah berjanji tidak akan menangis lagi. 

Eril memberikan tiket berangkat haji terbaik yang bisa diimpikan oleh orang tua muslim di manapun di dunia.

Sepenggal kisah Eril berbeda dengan episode kisah Kaesang Pangarep. 

Eril sudah menutup episode hidupnya, sedangkan Kaesang masih punya cerita yang panjang untuk ditulis.

Petualangan bisnis Kaesang menjadi berita yang menghebohkan. 

Kisah percintaan Kaesang juga menjadi berita nasional yang diikuti dengan antusias oleh banyak orang.

Beberapa hari belakangan berita Kaesang menjadi viral karena putus cinta dengan pacar lama dan mempunyai pacar baru. 

Banyak komentar bermunculan di media sosial dengan narasi yang bermacam-macam. Ada yang menghujat ada yang mendukung. Kaesang menikmati hidupnya dengan caranya sendiri.

Setiap orang punya cara untuk menulis sejarahnya masing-masing. Kaesang Pangarep sang putra mahkota, atau Emeril Mumtadz Khan sang martir. 

Mereka punya acara untuk menorehkan namanya dalam sejarah. Seperti kata penyair Chairil Anwar, ‘’Sekali berarti, sudah itu mati…’’. (*)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Eril   Kaesang   Jokowi   Ridwan Kamil  

Terpopuler