jpnn.com - Krisis Ukraina-Rusia berimbas pada aktivitas dagang dua negara. Hingga Kamis (29/11), Rusia telah mencegat 35 kapal dagang yang melewati Laut Azov.
Namun, Rusia membantah tudingan tersebut. Kremlin tidak pernah menerbitkan larangan bagi kapal-kapal Ukraina. Pencegatan itu, menurut Moskow, mungkin hanya disebabkan cuaca buruk.
BACA JUGA: Presiden Ukraina Provokasi Rusia demi Menang Pemilu
Menteri Infrastruktur Ukraina Volodymyr Omelyan melaporkan, saat ini 18 kapal tertahan di Laut Hitam. Kapal-kapal itu menantikan izin dari Rusia untuk bisa melewati Selat Kerch. Sementara itu, 17 kapal lain tidak bisa meninggalkan pelabuhan di Mariupol dan Berdyansk.
Pengetatan penjagaan di perbatasan tersebut membuat Presiden Ukraina Petro Poroshenko geram. Dia lantas minta bantuan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
BACA JUGA: Rusia Mengancam, Ukraina Darurat Militer
"Kami berharap negara-negara anggota NATO mau menempatkan kapalnya di Laut Azov untuk mendampingi dan membuat Ukraina aman," pinta Poroshenko seperti dilansir harian Jerman Bild.
Setelah menerapkan status darurat militer di negerinya, Poroshenko juga akan memperketat pengawasan terhadap penduduk Rusia di Ukraina. "Saya rasa (pengawasan warga Rusia di Ukraina, Red) itu bisa dibenarkan," cuit Poroshenko.
BACA JUGA: Imigran Tewas Dilindas Pesawat, Tubuhnya Terbelah
Associated Press melaporkan, selama status darurat militer berlaku, warga Ukraina tetap bisa beraktivitas biasa. Yang tidak bisa bebas bergerak adalah warga Rusia yang tinggal di Ukraina. Mereka diawasi ketat.
Bahkan, sejak Minggu (25/11), Ukraina menolak sejumlah besar warga Rusia yang hendak masuk ke wilayahnya. Dmitry Peskov, jubir Kremlin, menyayangkan kebijakan tersebut.
Sementara itu, para pemimpin Eropa berencana menjadikan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, sebagai ajang untuk menghakimi Putin. Sejumlah negara menyatakan akan mendesak Rusia agar melepaskan tiga kapal milik AL Ukraina. Juga, 24 kru yang kini mendekam di tahanan.
Salah satu pemimpin Eropa yang tidak sabar untuk bertemu dengan Putin adalah Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Selain kepada Ukraina, Rusia bersikap agresif kepada beberapa negara lain dan menciptakan jajaran negara yang tidak bisa berkembang seperti keinginan mereka. Kami tak bisa menutup mata begitu saja," tegasnya. (sha/c11/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi-Putin Bahas Peningkatan Kerja Sama di Bidang Ekonomi
Redaktur & Reporter : Adil