LONDON - Badan Luar Angkasa Eropa (ESA) menyetujui proposal peluncuran satelit untuk memantau nasib hutan di bumi. Satelit ini dibekali sistem radar baru yang mampu mendeteksi batang dan cabang besar pohon di bumi dari orbit. Wahana yang diberi nama "Weigh" ini, diharapkan bisa memulai misinya pada 2020 mendatang.
Dari data satelit tersebut, para peneliti berharap dapat memahami peran pohon dalam siklus karbon bumi di tengah laju deforestasi, dan perubahan iklim planet. Data biomassa juga dipergunakan untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan dunia, untuk memantau setiap perubahan selama misi lima tahun.
"Biomassa akan memberi kita pemahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang kondisi hutan dunia dan bagaimana mereka berubah," kata Prof Shaun Quegan, seperti dilansir BBC (7/4).
Hal ini bakal memberi dasar kuat dalam pembuatan traktat untuk membantu negara-negara berkembang melestarikan hutan mereka, seperti inisiatif Pengurangan Emisi PBB dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD +).
"Biomassa mampu menyediakan informasi mengenai sumber daya kehutanan, dan itu penting untuk mendukung ketersediaan energi dan keanekaragaman hayati," ujarnya.
Weigh sendiri bakal menjadi satelit ketujuh "Penjelajah Bumi" yang dirancang untuk memperoleh data tentang isu-isu kepedulian terhadap lingkungan. Tiga misi satelit sebelumnya, menyediakan informasi baru mengenai gravitasi, kondisi lapisan es di kutub bumi, kelembaban tanah dan salinitas laut.
Pada saat peluncuran satelit biomassa ini diperkirakan memiliki berat sekitar 1,2 ton , dan bakal diangkut dengan menggunakan roket Vega terbaru milik ESA. Sedangkan untuk menangkap sinyal dari pulsa radar satelit ini, ESA bakal menggunakan sebuah antena berukuran 12 meter.
Sayangnya, satelit ini nantinya tidak diizinkan untuk beroperasi di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Kutub Utara. Pasalnya, Departemen Pertahanan AS khawatir keberadaan satelit ini mampu mengganggu sistem peringatan dini dan ruang pelacakan rudalnya. (esy/jpnn)
Dari data satelit tersebut, para peneliti berharap dapat memahami peran pohon dalam siklus karbon bumi di tengah laju deforestasi, dan perubahan iklim planet. Data biomassa juga dipergunakan untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan dunia, untuk memantau setiap perubahan selama misi lima tahun.
"Biomassa akan memberi kita pemahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang kondisi hutan dunia dan bagaimana mereka berubah," kata Prof Shaun Quegan, seperti dilansir BBC (7/4).
Hal ini bakal memberi dasar kuat dalam pembuatan traktat untuk membantu negara-negara berkembang melestarikan hutan mereka, seperti inisiatif Pengurangan Emisi PBB dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD +).
"Biomassa mampu menyediakan informasi mengenai sumber daya kehutanan, dan itu penting untuk mendukung ketersediaan energi dan keanekaragaman hayati," ujarnya.
Weigh sendiri bakal menjadi satelit ketujuh "Penjelajah Bumi" yang dirancang untuk memperoleh data tentang isu-isu kepedulian terhadap lingkungan. Tiga misi satelit sebelumnya, menyediakan informasi baru mengenai gravitasi, kondisi lapisan es di kutub bumi, kelembaban tanah dan salinitas laut.
Pada saat peluncuran satelit biomassa ini diperkirakan memiliki berat sekitar 1,2 ton , dan bakal diangkut dengan menggunakan roket Vega terbaru milik ESA. Sedangkan untuk menangkap sinyal dari pulsa radar satelit ini, ESA bakal menggunakan sebuah antena berukuran 12 meter.
Sayangnya, satelit ini nantinya tidak diizinkan untuk beroperasi di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Kutub Utara. Pasalnya, Departemen Pertahanan AS khawatir keberadaan satelit ini mampu mengganggu sistem peringatan dini dan ruang pelacakan rudalnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dijual Tahun Depan, Google Glass Undang Penolakan
Redaktur : Tim Redaksi