PARIS--Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menyetujui desain akhir sebuah roket generasi berikutnya, Ariane 6. Roket baru ini ditujukan untuk mempertahankan cengkeraman Eropa di pasar komersial peluncuran wahana satelit ke luar angkasa.
Ariane 6 merupakan roket peluncur fleksibel berbiaya rendah dan mampu menempatkan muatan tunggal antara 3 - 6,5 ton satelit di orbit geostasioner yang merupakan tempat lazimnya satelit telekomunikasi di angkasa.
Peluncur unggulan ESA saat ini Ariane 5, meski dinilai handal dan mampu memuat beberapa obyek namun dinilai mahal untuk beroperasi. Jika semua berjalan lancar, Ariane 6 akan membuat penerbangan perdananya pada 2021 atau 2022, menjadi roket peluncur untuk dekade berikutnya.
"Ariane 6 berukuran kecil dengan teknologi baru sehingga 30 persen lebih murah dibandingkan Ariane 5, yang biaya sekitar 100 juta euro per enam- ton satelit," ujar Jean-Yves Le Gall, kepala Pusat Nasional Perancis untuk Penelitian Luar Angkasa (CNES), seperti dilansir asiaone (9/7).
Proyek ini memerlukan dana investasi sebesar 4 miliar euro terutama yang berasal dari negara industri di Uni Eropa.
Roket pendahulunya, Ariane 5 dirancang untuk mengorbitkan satelit ke garis edar bumi mulai dari rendah sampai medium dan mampu mengorbitkan satelit 10 misi pertahun dengan waktu 20 hari per-misi. Roket Ariane 5 ini merupakan satelit komersil yang berbasis di Perancis dan telah berhasil melakukan beberapa misi peluncuran.
Satelit pertama yang dilepaskan ke orbit adalah ProtoStar-1 milik perusahaan telekomunikasi AS, ProtoStar. Satelit kedua adalah BADR-6 milik Arabsat, konsorsium perusahaan telekomunikasi dari 21 negara anggota Liga Arab. BADR-6 dibuat perusahaan ruang angkasa Eropa, EADS Astrium. Satelit tersebut akan dipakai untuk meneruskan siaran televisi ke wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. (esy/jpnn)
Ariane 6 merupakan roket peluncur fleksibel berbiaya rendah dan mampu menempatkan muatan tunggal antara 3 - 6,5 ton satelit di orbit geostasioner yang merupakan tempat lazimnya satelit telekomunikasi di angkasa.
Peluncur unggulan ESA saat ini Ariane 5, meski dinilai handal dan mampu memuat beberapa obyek namun dinilai mahal untuk beroperasi. Jika semua berjalan lancar, Ariane 6 akan membuat penerbangan perdananya pada 2021 atau 2022, menjadi roket peluncur untuk dekade berikutnya.
"Ariane 6 berukuran kecil dengan teknologi baru sehingga 30 persen lebih murah dibandingkan Ariane 5, yang biaya sekitar 100 juta euro per enam- ton satelit," ujar Jean-Yves Le Gall, kepala Pusat Nasional Perancis untuk Penelitian Luar Angkasa (CNES), seperti dilansir asiaone (9/7).
Proyek ini memerlukan dana investasi sebesar 4 miliar euro terutama yang berasal dari negara industri di Uni Eropa.
Roket pendahulunya, Ariane 5 dirancang untuk mengorbitkan satelit ke garis edar bumi mulai dari rendah sampai medium dan mampu mengorbitkan satelit 10 misi pertahun dengan waktu 20 hari per-misi. Roket Ariane 5 ini merupakan satelit komersil yang berbasis di Perancis dan telah berhasil melakukan beberapa misi peluncuran.
Satelit pertama yang dilepaskan ke orbit adalah ProtoStar-1 milik perusahaan telekomunikasi AS, ProtoStar. Satelit kedua adalah BADR-6 milik Arabsat, konsorsium perusahaan telekomunikasi dari 21 negara anggota Liga Arab. BADR-6 dibuat perusahaan ruang angkasa Eropa, EADS Astrium. Satelit tersebut akan dipakai untuk meneruskan siaran televisi ke wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uni Eropa Perberat Hukuman Penjahat Dunia Maya
Redaktur : Tim Redaksi