Etilen Glikol & DEG Ada di Kemasan Pangan, Kesehatan Anak-Anak Terancam 

Jumat, 27 Januari 2023 – 22:43 WIB
Ilustrasi produk dalam kemasan. Foto: ANTARA/Pexels

jpnn.com, JAKARTA - Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) meminta masyarakat agar lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman.

Hal itu untuk menghindari bahaya kesehatan keracunan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang telah menewaskan lebih dari ratusan anak di Indonesia.

BACA JUGA: Waspadai EG & DEG pada Kemasan Sekali Pakai, BPOM Minta Cek Daftar Zat Berbahaya Ini

Pengurus PDUI Dr. Catherine Tjahjadi mengatakan zat-zat kimia ini ternyata tidak hanya digunakan sebagai pelarut dalam sirop obat batuk saja, tetapi juga ada dalam kemasan pangan plastik sekali pakai. Contohnya, air minum dalam kemasan botol dan galon sekali pakai.   

EG dan DEG ini seharusnya bahan kimia yang ada di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tetapi ternyata ada juga di kemasan segala macam. Yang jelas, zat-zat ini bisa membahayakan kesehatan anak-anak di Indonesia,” ujar Pengurus PDUI, Dr. Catherine Tjahjadi dalam keterangannya, Jumat (27/1).

BACA JUGA: Main di Film Adagium, Jihane Almira: Saya Menahan Ego untuk Fighting

Menurutnya EG dan DEG yang ada dalam kemasan pangan itu bisa saja terlepas ke dalam produknya. Banyak para pedagang yang menjual kemasan-kemasan ini dengan meletakkannya di panas matahari alias dijemur. 

Bukan hanya itu, kemasan pangan sekali pakai yang mengandung EG dan DEG seperti botol-botol dan galon minum sekali pakai ini diisi ulang berkali-kali oleh sebagian masyarakat.

BACA JUGA: Peneliti UI: Label Kemasan Pangan Penting bagi Konsumen

“Nah, perlakuan-perlakuan yang tidak benar seperti inilah yang bisa membuat EG dan DEG itu terlepas dari kemasannya ke produknya,” cetusnya.

iDa meminta masyarakat bijak memilih kemasan-kemasan pangan  yang aman untuk kesehatan. Masyarakat harus jeli dan meningkatkan awareness atau kesadaran.

Dimulai dari keluarga dahulu untuk lebih aware dengan Etilen Glikol & DEG Ada di Kemasan Pangan, Kesehatan Anak-Anak Terancam 

PDUI meminta masyarakat agar lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman. Hal itu untuk menghindari bahaya kesehatan keracunan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang telah menewaskan lebih dari ratusan anak di Indonesia.

Pengurus PDUI Dr. Catherine Tjahjadi mengatakan zat-zat kimia ini ternyata tidak hanya digunakan sebagai pelarut dalam sirop obat batuk saja, tetapi juga ada dalam kemasan pangan plastik sekali pakai. Contohnya, air minum dalam kemasan botol dan galon sekali pakai.   

“EG dan DEG ini seharusnya bahan kimia yang ada di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tetapi ternyata ada juga di kemasan segala macam. Yang jelas, zat-zat ini bisa membahayakan kesehatan anak-anak di Indonesia,” ujar Pengurus PDUI, Dr. Catherine Tjahjadi dalam keterangannya, Jumat (27/1).

Menurutnya EG dan DEG yang ada dalam kemasan pangan itu bisa saja terlepas ke dalam produknya. Banyak para pedagang yang menjual kemasan-kemasan ini dengan meletakkannya di panas matahari alias dijemur. 

Bukan hanya itu, kemasan pangan sekali pakai yang mengandung EG dan DEG seperti botol-botol dan galon minum sekali pakai ini diisi ulang berkali-kali oleh sebagian masyarakat.

“Nah, perlakuan-perlakuan yang tidak benar seperti inilah yang bisa membuat EG dan DEG itu terlepas dari kemasannya ke produknya,” cetusnya.

Dia meminta masyarakat bijak memilih kemasan-kemasan pangan  yang aman untuk kesehatan. 

“Masyarakat harus jeli dan meningkatkan awareness atau kesadaran, yang dimulai dari keluarga dahulu untuk lebih aware dengan kemasan-kemasan yang mengandung bahan kimia ini,” ucapnya.  

Dia menjelaskan bahwa EG dan DEG ini merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi rasanya manis.

Nah, rasa manis dari EG dan DEG inilah yang kemungkinan membuat orang suka tidak ngeh bahwa itu adalah zat kimia sehingga senang untuk mengonsumsinya.

Padahal, jika sering diminum, zat-zat ini akan menumpuk di dalam tubuh dan bisa mengganggu kesehatan,” tuturnya. 

Kenapa EG dan DEG ini bisa membahayakan kesehatan anak-anak, menurut Catherine, hal itu disebabkan zat-zat kimia ini sangat mengganggu keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh.

Dia mengutarakan ketika EG dan DEG tertelan ke dalam tubuh, zat ini akan membentuk senyawa yang disebut glycolic acid atau asam glikolat.

Nah, asam inilah yang  menurutnya bisa mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh si anak, sehingga menyebabkan kondisi yang disebut asidosis metabolik atau ketidakseimbangan asam basa di dalam tubuh.

Hal itu karena terjadi asidosis metabolik ini, lanjutnya, asam glikolat yang terbentuk saat EG dan DEG tertelan juga diubah menjadi oksalat. 

“Oksalat ini kemudian berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat. Nah, inilah yang kalau jumlahnya banyak dan menumpuk bisa bikin gangguan dari organ tubuh di otak, paru-paru, ginjal, dan sebagainya,” bebernya. 

Jadi, katanya, EG dan DEG itu tidak hanya menyebabkan gangguan ginjal saja, tetapi juga syaraf dan paru-paru. Untuk gangguan syaraf, menurutnya, keracunan EG dan DEG ini sama dengan keracunan etanol yang gejala-gejalanya adalah mengantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.  

Keracunan EG dan DEG ini juga memiliki gejala mudah capek saat berlari, nafas terengah-engah dan pendek, serta sesak nafas. 

Selain itu juga terjadi perubahan tekanan darah, bisa tinggi atau malah bisa rendah,  dan denyut jantungnya menjadi sangat cepat tidak beraturan.

Kalau untuk gangguan ginjalnya, gejalanya adalah mual, muntah, kencingnya berkurang dan tidak bisa buang air kecil.

“Nah, kenapa yang lebih disorot itu ke gangguan ginjalnya, karena gejalanya lebih spesifik. Jadi, mungkin itu yang  lebih mudah terlihat sama dokter,” tuturnya.

Chaterine mengatakan PDUI sangat peduli terhadap masalah EG dan DEG ini. Karenanya, menurut dia, PDUI juga ikut melakukan edukasi terkait EG dan DEG ini kepada setiap pasien saat datang berobat ke dokter, dan juga melalui pos pelayanan terpadu (Posyandu). (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler