jpnn.com, NGANJUK - Kepergian dr Evet Tinus menghadap Sang Pencipta Minggu (27/12) kemarin karena Covid-19 menyisakan duka mendalam buat teman sejawatnya.
Pria ramah yang karib disapa Tinus itu memiliki klinik di Jl Sersan Harun Kota Nganjuk.
BACA JUGA: Saran Penting untuk Para Lansia dari 3 Dokter UI
Selama ini dia dikenal sebagai orang yang ringan tangan alias suka menolong sesama.
Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Komisariat Nganjuk, dr M. Cholid mengatakan, dr Tinus adalah orang yang sangat baik.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Pastikan Menyajikan Data Secara Transparan ke Masyarakat
"Di PDUI itu beliau orang yang paling aktif, " kata Cholid seperti dikutip dari Radar Kediri, Selasa (28/12).
Tinus merupakan Sekretaris Umum PDUI Komisariat Nganjuk.
BACA JUGA: Dramatis, Dani Sriyanto Sudah Bikin Surat Wasiat
Sebagai Ketua PDUI, Cholid memang sering bekerja sama dengan Tinus.
Dari sana, Cholid menyebut Tinus sebagai orang dengan paket yang komplet. Yakni, sosok yang kaya ide, pintar dalam mengeksekusi, sekaligus memiliki jaringan yang luas.
Karena itu, setiap kali memiliki usul akan suatu kegiatan, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang itu selalu bisa mewujudkan kegiatan dengan baik.
Cholid lantas mencontohkan saat PDUI memberikan bingkisan kepada tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 pada awal pandemi Maret lalu.
Bersama Tinus, dia memberikan bantuan kepada dua perawat asal Nganjuk yang terkena Covid-19 dari klaster Asrama Haji Sukolilo.
"Orangnya entengan, baik sekali. Saya merasa sangat kehilangan," jelasnya.
Saat pertama kali mendengar kabar jika Tinus terpapar Covid-19 pada Selasa (15/12) lalu, Cholid tak menyangka jika virus itu membuat sejawatnya tak bertahan.
Apalagi, beberapa kali kontak melalui ponselnya, kondisi pria berusia 38 tahun itu masih baik-baik saja.
Demikian pula saat Cholid video call dua hari lalu. Pria yang dirawat di RS Bhayangkara itu mengaku masih baik-baik saja. Hanya sedikit sesak napas.
Sabtu (26/12) sore kondisi Tinus drop. Hingga dia dinyatakan meninggal sekitar pukul 02.30 Minggu.
Sebelumnya, menurut Kholid para dokter Nganjuk sudah mencarikan rujukan agar Tinus dirawat di RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Namun dia urung dirujuk karena kondisinya membaik. Rupanya, takdir berkata lain.
Selain Kholid, kebaikan dokter muda itu juga membekas di benak dr Tien Farida Yani. Bagi Wakil Direktur Pelayanan RSUD Nganjuk itu, Tinus merupakan sosok yang pendiam.
"Orangnya tipe yang enggak banyak bicara tetapi langsung bergerak kalau ada apa-apa," kata penasihat PDUI Komisariat Nganjuk itu.
Tak hanya akrab karena sama-sama berhimpun di PDUI, rupanya saat pertama kali masuk ke Nganjuk 2009 lalu, pria asal Probolinggo itu sempat bekerja bersama Tien yang saat itu masih membuka praktik pribadi.
Bersama dr Didik Jamaadi, Tien dan Tinus juga merintis berdirinya PDUI Komisariat Nganjuk.
Entah disengaja atau tidak, keakraban ketiganya membuat mereka membuat klinik dengan nama yang hampir sama.
Didik membuat Klinik Sahabat Keluarga.
Tien membuat Klinik Keluarga Kita.
Tinus membuat Klinik Dokter Keluarga Anda.
Dalam hal kinerja, Tien mengenang sosok Tinus sebagai orang yang berdedikasi tinggi terhadap profesinya.
Sebagai dokter, dia mau masuk ke pelosok, menjangkau pasien di pedalaman. "Dokter Tinus juga aktif melakukan home care dan home visit kepada pasien-pasiennya," kenang Tien tentang pria yang merelakan kliniknya sebagai sekretariat PDUI Komisariat Nganjuk itu.
Kebaikan Tinus semasa hidup memang tidak bisa dihitung dengan satu atau dua kesaksian saja.
Para dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Nganjuk dan PDUI Komisariat Nganjuk telah melepas kepergian Tinus di RS Bhayangkara sebagai bentuk rasa hormat. Jenazahnya dibawa ke Probolinggo untuk dimakamkan di sana. (rk/rq/die/jpr)
Redaktur & Reporter : Adek