jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih berdampak luas kepada semua sektor kehidupan dan lapisan masyarakat.
Berbagai pembatasan sebagai upaya pengendalian Covid-19, secara langsung melahirkan berbagai kerentanan terutama bagi kaum perempuan.
BACA JUGA: PDIP Gelar Talkshow Kartini Perspektif Generasi Milenial
Hal itu diungkap anggota DPD RI Fahira Idris di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/4).
Menurut dia, sektor ekonomi yang cukup terguncang membuat perempuan terutama para ibu harus bersiasat agar semua kebutuhan keluarga tetap bisa berjalan baik.
BACA JUGA: Ketua DPD RI: Semangat Kartini Harus Tetap Menyala
Di sisi lain, lanjut dia, selama pandemi ini terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja perempuan.
Hal itu disebabkan sektor tenaga kerja perempuan banyak terserap seperti ritel dan pariwisata, sangat terdampak sehingga sebagian harus dirumahkan bahkan dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
BACA JUGA: Warga Jakarta Antusias Donorkan Darahnya, Fahira Idris Ucapkan Terima Kasih
Tidak hanya itu, lanjut dia, bagi ibu pekerja yang harus work from home (WFH) harus membagi waktunya menjaga atau membimbing anak-anaknya sekolah, yang juga dilakukan secara daring.
“Berbagai dampak pandemi ini, membuat perempuan menjadi salah satu kelompok yang paling rentan. Beban perempuan makin berat. Pandemi benar-benar menguji ketangguhan ‘Kartini-Kartini Indonesia’," kata Fahira.
Senator dari DKI Jakarta itu berharap pandemi ini segera berlalu, sehingga berbagai beban ini berangsur terangkat, dan perempuan Indonesia bisa lebih fokus melakukan penguatan pemberdayaan.
"Sehingga perannya (perempuan) dalam pembangunan bangsa makin signifikan,” ujar Fahira.
Selain itu, lanjut dia beban tambahan lain yang harus dihadapi perempuan adalah sektor paling dominan dikuasai perempuan yaitu UMKM, juga harus berjibaku selama pandemi ini.
Merujuk kepada data Kementerian Koperasi dan UMKM, kata Fahira, UMKM yang dikelola perempuan mencapai 64,5 persen dari total UMKM di Indonesia atau mencapai 37 juta.
Sebelum pandemi, lanjut Fahira, kontribusi pendapatan perempuan mencapai 36,7 persen.
Namun, kata dia, akibat pandemi, geliat sektor UMKM yang menjadi pilar utama pemberdayaan perempuan terancam.
Artinya, banyak perempuan yang menggantungkan kehidupannya dan keluarganya dari UMKM juga ikut terancam.
Secara garis besar, lanjut Fahira, semua kondisi ini bisa diperbaiki apabila pandemi ini secepat mungkin bisa dikendalikan.
Selama pandemi masih berlangsung maka kondisi-kondisi seperti ini akan terus terjadi.
Hal penting yang harus ditingkatkan pemerintah seiring upayanya mengendalikan pandemi ini khususnya untuk pemberdayaan perempuan adalah lewat berbagai kebijakan stimulus yang khusus menyasar perempuan.
“Karena perempuan pelaku UMKM paling rentan terdampak pandemi Covid-19, berbagai program pemulihan perlu mempertimbangkan prinsip gender agar dampak pandemi bisa diminimkan dan UMKM tetap berjalan," katanya.
Menurut dia, supaya perempuan penggerak UMKM mampu bertahan, pemerintah harus memastikan kelancaran berbagai program stimulus dan akses permodalan.
"Ini menjadi penting untuk memastikan keberlangsungan kemandirian ekonomi perempuan pelaku UMKM,” pungkas Fahira Idris. (*/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Boy