jpnn.com, JAKARTA - Mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang dikenal sangat kritis terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tiba-tiba berhenti membuka borok lembaga antirasuah itu. Apa alasannya?
"Saya enggak mau lagi buka borok masa lalu KPK yang busuk. Pertama, saya bukan pejabat publik dan kedua biarkan KPK memperbaiki diri dari dalam. Saya percaya KPK sekarang diawasi oleh tokoh-tokoh berkelas moralnya. Mereka pasti sedang bekerja keras dan menyadari tugas transformatif ini," ucap Fahri kepada jpnn.com, Senin (5/10).
BACA JUGA: Optimisme Fahri Hamzah soal Presiden Legitimate Jika Rizal Ramli Menang di MK
Fahri juga mengatakan perginya mantan aktivis dari KPK dapat dimengerti karena ada perbedaan konsep 'independen' di antara mereka. Sebagai rakyat, dia menyimak cara lembaga antirasuah itu bertransformasi menjadi lembaga koordinasi pencegahan dan penindakan pemberantasan korupsi.
"Saya sih optimis mereka bisa," tukas wakil ketua umum Partai Gelora Indonesia ini.
BACA JUGA: Di Depan Komisi II DPR, MenPAN-RB Sebut Masalah PPPK Selesai
Politikus asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini percaya pada tokoh berkelas yang duduk di Dewan Pengawas KPK. Mereka adalah mantan hakim MA Artidjo Alkostar, eks Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Kupang Albertina Ho, Peneliti LIPI Syamsuddin Haris, mantan Hakim MK Harjono, dan Tumpak Hatorangan Panggabean yang pernah menjadi pimpinan KPK 2003-2007.
Mantan wasekjen DPP PKS itu juga menyampaikan pandangan bahwa pemberantasan korupsi seperti menguber maling jemuran hal yang salah. Korupsi menurutnya kejahatan otak.
BACA JUGA: Asam Lambung Zaskia Gotik Sempat Naik, Bagaimana Kondisi Calon Bayinya?
Karena itu, pemberantasan korupsi pakai otot juga tidak akan sampai ke tujuan. Sebab, katanya, itu hanya akan menyenangkan tim hore, sementara negara tidak mendapat apa-apa kecuali kegaduhan. "Penegakan hukum perlu konsep," tegas Fahri.
Tokoh kelahiran Utan, Sumbawa pada 10 November 1972 ini mengaku sudah mengkritik KPK sejak tahun 2006. Belasan tahun dia berdiri meyakinkan semua orang. Baik lewat pidato, seminar, ceramah dan bedah buku di berbagai tempat.
"Percayalah, KPK adalah lembaga publik. Dia akan terus bekerja di ruang publik yang transparan. Saya percaya di dalamnya banyak kebaikan. Saya percaya mereka akan mengatasi semua persoalan. Asalkan terus kita perbaiki dan di bawah pengawasan," tutur Fahri.
Dia juga menilai bahwa KPK masih memiliki kewenangan yang besar, dan dipimpin serta diawasi oleh orang-orang besar pula. Karena itu dia percaya lembaga itu akan mengubah dirinya menjadi dirigen pemberantasan korupsi seperti negara-negara yang juga mengalami perubahan.
"Kita mencontoh korea selatan. Sebelumnya mereka ribut gak karuan. Jadi, bagi yang mengharapkan KPK juga ribut macam LSM pencitraan ya enggak bisa lagi. Sekarang mereka bekerja dengan kekuatan dukungan sistem negara yang lengkap. Ada auditor seperti BPK dan BPKP, ada penegak hukum seperti polisi, jaksa dan pengadilan, juga lawyer. Lengkap," jelas Fahri.
Dia menambahkan, KPK sekarang dituntut untuk membangun sinergi dan kekompakan. Bila dulu KPK didorong keluar dari sistem menyempal dan oposisi.
Itu menurutnya salah dan sebuah kekeliruan. Sebab, Indonesia negara kesatuan. Maka, semua harus dalam satu komando satu perjuangan dalam sistem pemerintahan.
"Jadi, mari berikan waktu kepada KPK. Anak-anak bangsa di dalamnya adalah orang-orang yang punya integritas moral. Ribuan jumlahnya. Saya percaya mereka sedang berbuat yang terbaik bagi sebuah bangsa yang bersih dari korupsi ke depan," pungkas Fahri.(fat/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam