JAKARTA - Anggota Komisi III DPR, Fahri Hamzah menyatakan bahwa selama ini penyadapan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya berdasar SOP (Standard Operating Procedure). Namun, SOP yang dipegang KPK itu tak pernah diperlihatkan ke DPR, khususnya Komisi III.
"Tadi saya tanya ke Sekretariat Komisi III. Ternyata belum pernah KPK memberi dokumen SOP penyadapan kepada Komisi III," kata Fahri saat Raker Komisi III DPR dengan KPK, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (27/6).
Dikatakan Fahri, sah-sah saja pimpinan KPK menyebut para penyelidik dan penyidik bertindak profesional. Namun, kata Fahri, aturan tetap harus jadi acuan.
"Bapak boleh bilang, kami percaya kepada profesionalisme orang-orang KPK. That is not democracy, Pak. Demokrasi tidak bicara begitu. Demokrasi artinya ada aturan yang mengatur kehidupan orang, supaya semua orang tahu," tegasnya.
Fahri justru menyebut KPK terbuai dengan pujian di media. Meski demikian Fahri yang juga Wakil Sekjen PKS itu mengingatkan kegetolannya mengkritik KPK itu tidak dianggap sebagai upaya membela koruptor.
"Demi Allah Pak, yang saya makan tiap hari ini saya pertanggungjawabkan pada Allah. Istri saya dokter bedah di RSCM. Kami mengatur keuangan keluarga secara baik, rupiah demi rupiah. Jadi ini bukan soal jahat kita, Pak, masalahnya Bapak tidak mau ngomong dari awal. Terlalu banyak dipuji-puji dan mau terjebak dalam industri media, yang saling membunuh itu. Media buruh sensasi, Pak. Tapi jangan Bapak masuk dalam pusaran sensasi itu. Jangan. Karena Bapak penegak hukum," harapnya. (fas/jpnn)
"Tadi saya tanya ke Sekretariat Komisi III. Ternyata belum pernah KPK memberi dokumen SOP penyadapan kepada Komisi III," kata Fahri saat Raker Komisi III DPR dengan KPK, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (27/6).
Dikatakan Fahri, sah-sah saja pimpinan KPK menyebut para penyelidik dan penyidik bertindak profesional. Namun, kata Fahri, aturan tetap harus jadi acuan.
"Bapak boleh bilang, kami percaya kepada profesionalisme orang-orang KPK. That is not democracy, Pak. Demokrasi tidak bicara begitu. Demokrasi artinya ada aturan yang mengatur kehidupan orang, supaya semua orang tahu," tegasnya.
Fahri justru menyebut KPK terbuai dengan pujian di media. Meski demikian Fahri yang juga Wakil Sekjen PKS itu mengingatkan kegetolannya mengkritik KPK itu tidak dianggap sebagai upaya membela koruptor.
"Demi Allah Pak, yang saya makan tiap hari ini saya pertanggungjawabkan pada Allah. Istri saya dokter bedah di RSCM. Kami mengatur keuangan keluarga secara baik, rupiah demi rupiah. Jadi ini bukan soal jahat kita, Pak, masalahnya Bapak tidak mau ngomong dari awal. Terlalu banyak dipuji-puji dan mau terjebak dalam industri media, yang saling membunuh itu. Media buruh sensasi, Pak. Tapi jangan Bapak masuk dalam pusaran sensasi itu. Jangan. Karena Bapak penegak hukum," harapnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Darat Sulit Tembus Titik Api
Redaktur : Tim Redaksi