jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mendengar kabar bahwa ada masalah konsolidasi di koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
Dia mengatakan, kemungkinan persoalan itu dipicu karena ada hal yang belum tuntas dibicarakan. Fahri mengatakan, agar pertarungan Pilpres 2019 sengit maka tim Prabowo harus melakukan konsolidasi lebih baik.
BACA JUGA: Megawati Kasihan Sama Prabowo
“Saya berharap supaya pertarungannya lebih sengit. Konsolidasi di timnya Pak Prabowo kalau bisa lebih mantap juga,” kata Fahri di gedung DPR, Jakarta, Kamis (15/11).
Mantan wakil sekretaris jenderal (wasekjen) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menuturkan, sebenarnya sosok Presiden keenam RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, penting sekali bagi Prabowo.
BACA JUGA: Perang Diksi dan Kebisingan Tak Substantif
Menurut dia, SBY adalah jangkar yang menjamin bahwa Prabowo adalah pemimpin demokrasi. Sebab, Prabowo ditopang oleh seorang mantan tentara yang menjadi presiden selama sepuluh tahun yang berkomitmen mengembangkan demokrasi di Indonesia.
“Jadi jangkar-jangkar ini harusnya dipasang. Saya kira Pak SBY itu salah satu jangkar yang penting,” ungkap Fahri.
BACA JUGA: Survei Terkini: Habib Rizieq & Amien Rais Makin Tak Digubris
Selain SBY, Fahri mengatakan bahwa sosok Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga salah satu tokoh reformasi, Amien Rais juga merupakan jangkar penting bagi Prabowo. “Dia (Amien) harus ada di sampingnya Pak Prabowo untuk menjadi jangkarnya,” kata politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Selain itu, Fahri menilai Sandiaga Uno, calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo, juga sudah menjadi jangkarnya kaum milenial dan pengusaha. Nah, kata Fahri, tinggal nanti siapa yang akan disimpan sebagai jangkar utamanya. “Kalau saya kan komentator,” kata Fahri ketika disebut sebaiknya menjadi jangkar utama Prabowo-Sandi.
Sisi lain, Fahri juga mengatakan panjangnya masa pertarungan di pilpres dari tiga bulan menjadi delapan bulan terlalu melelahkan. Menurut dia, ini seperti membuat pertarungan tinju yang semula hanya 12 menjadi 50 ronde.
“Masih lama mainnya. Ya kalau bisa dimaksimalkan, tapi kalau sempoyongan bagaimana? Dan khawatir lempar handuk sebelum sampai finis," katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengikut Ustaz Kondang Terbelah Pilpres
Redaktur & Reporter : Boy