Fahri Sebut Perut Bangsa Sudah Bergantung Pada Asing

Kamis, 22 November 2018 – 21:51 WIB
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyoroti masih banyaknya isu-isu yang menyangkut publik belum disajikan pasangan capres dan cawapres maupun tim sukses masing-masing pada masa kampanye Pilpres 2019.

Menurut Fahri, selain persoalan kesejahteraan, isu krusial tidak kalah penting dan mewarnai hampir setiap lini media massa adalah terkait defisit neraca perdagangan.

BACA JUGA: Fahri Hamzah: Publik Bingung Capres Kita Bicara Apa?

Wakil ketua DPR Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu menilai impor yang selalu melebih ekspor, bukan hanya mengindikasikan negara kehilangan sejumlah duit sehingga mata uang rupiah melemah.

"Tetapi ini adalah sinyal kemampuan produksi yang lemah. Kita memakan apa yang tidak kita produksi," kata Fahri, Kamis (22/11).

BACA JUGA: Orang Gila Boleh Pilih Presiden jika Sedang Tidak Kumat

Menurut Fahri, kemandirian yang seharusnya menjadi ruh nawacita ternyata hanya sekadar slogan. "Kita telah jadi bangsa yang bergantung pada asing. Perut dan keseharian kita," ujarnya.

Fahri melanjutkan, begitu dengan defisit perdagangan yang menjadi sinyal bahwa produktivitas nasional rendah. Artinya, tegas Fahri, pendapatan nasional juga rendah.

BACA JUGA: Warga Betawi Optimistis Menangkan Jokowi - Maruf

Tapi, kata dia, sayangnya bangsa ini terlampau konsumtif. Karena itu, utang terus membengkak. Sehingga sangat jelas fundamental kesejahteraan begitu rapuh.

Menurut dia, hal ini tambah parah dengan adanya fakta dalam sepuluh tahu terakhir ini, Indonesia mengalami deindustrialisasi. Kontribusi industri manufaktur dalam perekonomian terus menurun. Tenaga kerja yang terserap di sektor ini menurun.

"Tapi statistik kita mencatat pengangguran berkurang. Apakah karena program infrastruktur?" katanya.

Menurutnya, hampir semua infrastruktur yang di kerjakan pemerintah Presiden Jokowi padat modal, bukan padat karya, teknologi tingg. "Hampir semua sumber daya dari asing bahkan tenaga kasar," ujarnya.

Ternyata, lanjut Fahri, statistik mencatat 70 persen angkatan kerja, yang jumlahnya 130-an juta, lari ke sektor informal. Mereka menjadi mayoritas anak bangsa yang hidup dari usaha kecil, dan mikro. "Yakni buruh petani, nelayan, pedagang, pengrajin, kaki lima dan informal," ungkap Fahri.

Dia menambahkan seharusnya narasi kandidat dibangun dari munculnya kantung-kantung kemiskinan baik di desa mapun kota. Sebab, permasalahan mayoritas anak bangsa ini menjadi begitu penting dan genting untuk didiskusikan agar tampak kemana kebijakan negara ini berpihak ke depan.

"Tapi kok seolah ini berlalu begitu saja," heran legislator dari Nusa Tenggara Barat (NTB), itu.

Jadi, Fahri berpendapat, capres ini belum mendalami tema Pilpres 2019. Padahal, banyak tema yang dapat digunakan untuk mendekati kepentingan rakyat dan kandidat. Capres harusnya punya pemahaman persoalan dan keberpihakan yang jelas. "Agar publik tidak menilai bahwa keduanya sama saja," katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri: BIN Harusnya Hanya Berbisik ke Telinga Presiden


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler