Fahri: Tugas Presiden Mengurus Negara, Bukan Gunting Pita

Rabu, 04 Juli 2018 – 22:40 WIB
Fahri Hamzah. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa tugas Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden Indonesia adalah mengurus negara, bukan menjadi pintu proyek, sebagai penggunting pita dalam setiap acara peresmian atau pun pintu pengadaan.

“Harusnya yang mampu dilakukan Presiden Jokowi itu skalanya agak ditingkatkan menjadi mengurus negara. Harus lebih perhatian terhadap berbagai persoalan negara,” kata Fahri saat memberikan sambutannya dalam acara Silaturahmi dan Halalbihalal Muhammadiyah di Kantor Muhammadiyah di jalan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (4/7/2018), yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Fahri Hamzah: KPU Keliru Bikin Aturan Larang Eks Napi Nyaleg

Karena itu, menurut politikus dari PKS itu, para petinggi negara harus datang ke PP Muhammadiyah untuk mendapatkan pencerahan. Sebab salah satu tugas Muhammadiyah itu sendiri adalah memberi masukan kepada semua pihak, termasuk pemerintah.

“Tugas Muhammadiyah sendiri adalah memberikan masukan-masukan itu,” ujar Fahri seraya berharap agar Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi teladan dan pengingat bagi perjalanan demokrasi di Indonesia.

BACA JUGA: Pembentukan OSS Dinilai Langgar Undang-Undang

Disampingi itu, tambah anggota DPR dari Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, tugas Muhammadiyah ke depan adalah mengingatkan para petinggi negeri ini.

“Muhammadiyah mempunyai sejarah untuk mengingatkan para petinggi negeri,” cetus Fahri lagi..

BACA JUGA: DPR Minta Pemerintah Kelola APBN Lebih Prudent

Kalau bicara forum Muhammadiyah ini adalah levelnya percakapan para komisaris karena salah satu pendiri bangsa Indonesia adalah Muhammadiyah. Bahkan menjelang proklamasi Bung Karno pindah ke Bengkulu atau diisolasi ke Bengkulu, diterima dengan Ketua Konsul Muhammadiyah Sumatera.

“Di sana, Bung Karno juga bertemu Ibu Fatma, yang ditugaskan sebagai guru privat oleh Bu Fatma. Dan, saat itu Bung Karno menikah dengan Fatmawati dan Fatmawati-lah yang menjahit bendera Merah-Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945,” kata Fahri.

Ia mengatakan Bung Karno dan Fatmawati adalah salah satu tokoh bangsa dari kalangan Muhammadiyah. Artinya, Fatmawati adalah anak dari konsul Muhammadiyah Bengkulu. Artinya santri Muhammadiyah.

“Bung Karno ngajar agama di Bengkulu. Malam proklamasi, Ibu Fatma menjahit bendera Merah-Putih kita yang akan dikibarkan 17 Agustus, artinya yang menjahit santri Muhammadiyah, proklamasinya dibaca guru Muhammadiyah, makanya saya katakan forum ini forum komisaris, forum pendiri bangsa,” tambahnya lagi.

Acara halalalbihalal PP Muhammadiyah juga dihadiri oleh Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, dan Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas.

Selain itu, hadir pula Politikus PAN, Amien Rais, bekas Kapolri Badrodin Haiti, cendikiawan Muslim Bahtiar Effendy, bekas Mendikbud Abdul Malik Fajar, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Sekjen MUI Anwar Abbas, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Duta Besar Negara sahabat.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga BBM Naik, Fadli Zon: Pemerintah Ingkar Janji Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
DPR  

Terpopuler