jpnn.com, JAKARTA - Pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan, depresiasi rupiah tahun ini jadi yang terburuk sepanjang sejarah.
Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah saat krisis ekonomi 1998 tidak terlalu parah.
BACA JUGA: Ini Proyeksi Pemerintah soal Kurs Dolar AS dalam RAPBN 2019
Rata-rata kenaikannya hanya Rp 10 ribu. Namun, sekarang mencapai Rp 13.889.
“Terburuk sepanjang sejarah rata-rata setahun," tutur Faisal belum lama ini.
BACA JUGA: Rupiah Anjlok Lagi, Bu Menkeu Singgung Lira Turki
Sebelumnya, sambung Faisal, ada pelemahan terburuk rupiah ketika levelnya mencapai Rp 17 ribu per USD.
"Kita pernah Rp 16 ribu lalu Rp 17 ribu. Namun, cuma dua hari. Jadi, pemerintah cepat bertindak,” imbuh Faisal.
BACA JUGA: Moeldoko Mulai Jual Simpanan Dolar
Sementara itu, analis AAEI Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar modal diperkirakan kembali meningkatkan permintaannya pada USD.
Apalagi, masih ada sejumlah sentimen yang dianggap kurang baik yang bisa membuat rupiah kembali melemah meskipun telah diadang oleh kenaikan suku bunga acuan.
Menurut dia, upaya pemerintah menekan impor yang diikuti langkah bank sentral menaikkan suku bunga agar pelebaran defisit transaksi berjalan tidak mencapai tiga persen akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga menghambat laju rupiah.
“Pernyataan berbagai pejabat terkait dengan penyebab pelemahan rupiah tampaknya tidak banyak direspons positif karena pelaku pasar menantikan kebijakan yang realistis untuk menghadapi gejolak pelemahan rupiah,” tutur Reza. (uji/jpc/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Melemah, Kunjungan ke Mal Malah Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi