jpnn.com - JAKARTA - Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan penetapan Menteri ESDM, Jero Wacik sebagai tersangka kasus korupsi kembali mencuatkan pembicaraan tentang praktik mafia migas. Lantas bagaimana sebenarnya sepak terjang para mafia yang disebut-sebut sebagai biang keladi rusaknya tata kelola migas Indonesia itu?
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menjelaskan, salah satu contoh praktik mafia sektor migas adalah pengadaan BBM bersubsidi. Menurutnya, BBM jenis RON 88 yang digunakan Pertamina sekarang adalah produk yang sudah tidak laku di pasar internasional.
BACA JUGA: Bukan Pemenang Pemilu, Suara Golkar Naik
"Di seluruh dunia tidak ada lagi yang pakai RON 88 karena merusak lingkungan. Dengan harga yang kita bayar sekarang, harusnya bisa dapat yang lebih bagus seperti RON 98," kata Faisal kepada wartawan usai diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (7/9).
Faisal mengatakan, di balik pengadaan RON 88 adalah sosok Muhammad Riza Chalid, pengusaha minyak terkemuka yang selama ini disebut-sebut sebagai orang dekat sejumlah elite pemerintahan. Faisal pun membeber cara Riza bermain migas.
BACA JUGA: Ical Tegaskan Koalisi Merah Putih Bukan Musuh Jokowi-JK
"Kita sebut sajalah terbuka namanya, Muhammad Riza Chalid. Pertamina dipaksa membeli minyak dari dia padahal gak perlu. Tapi dibuat situasinya seolah-olah tanpa Riza Chalid, Indonesia bakal kolaps," jelasnya.
Tidak hanya memonopoli suplai BBM, kerjasama Riza dan Pertamina juga sangat tertutup. Mulai dari spesifikasi RON 88 sampai harga yang pembelian oleh Pertamina juga tidak pernah diungkap ke publik.
BACA JUGA: Puan Sudah Menyerah Bujuk Koalisi Merah Putih
Pengadaan BBM untuk keperluan pembangkit listrik milik PLN juga menjadi lahan basah bagi Riza Chalid. Menurut Faisal, PLN selama ini dipaksa membeli solar dari Riza dengan harga yang tidak wajar. Akibatnya, ongkos produksi BUMN itu membengkak dan pemerintah pun terpaksa harus menggelontorkan subsidi untuk menutupinya.
"Kenapa PLN tidak diizinkan beli solar sendiri, harus dari Pertamina yang sebenarnya cuma calo buat Riza? Kalau PLN beli sama orang lain nanti ketahuan harga yang sebenarnya bisa lebih murah," tutur Faisal.
Lebih lanjut mantan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, satu-satunya cara memberantas mafia migas adalah transparansi. Dengan membuka seluruh data terkait tata kelola migas, maka para mafia dipastikan tidak bisa berkutik lagi.
"Mafia itu sama seperti hantu, dia tidak bisa hidup di ruang terang. Jadi bikin terang saja, buka semua," pungkas pria yang pernah mencalonkan diri jadi Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen itu.(dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SOKSI Ajukan Syarat Caketum Partai Golkar
Redaktur : Tim Redaksi